2.000 Pelajar Kota Bandung Ikuti Edukasi Pengelolaan Sampah

Reading time: 2 menit
edukasi pengelolaan sampah
Foto: greeners.co/Gede Surya Marteda

Bandung (Greeners) – Dalam rangkaian peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2018 yang mengambil tema “Sayangi Bumi, Bersihkan dari Sampah,” Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan edukasi pengelolaan sampah kepada sekitar 2.000 pelajar sekolah di kota Bandung. Kegiatan edukasi ini bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bandung yang dilaksanakan pada Minggu (21/01), di Plaza Balaikota Bandung.

Kegiatan yang bertajuk “Gembira Bersama Kelola Sampah Menuju Hidup Bersih dan dan Sehat” ini dihadiri ribuan pelajar sekolah yang berasal dari 10 Sekolah Adiwiyata Nasional, perwakilan Pramuka dari 73 Gugus SD, 58 Gugus Pramuka SMP, dan berbagai komunitas pecinta lingkungan di wilayah Bandung Raya.

“Acara ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif anak-anak dan membangun peran generasi muda untuk lingkungan,” ungkap Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati. Rosa berharap dengan dilakukan edukasi yang intensif, kesadaran dalam diri anak-anak untuk bertanggung jawab terhadap sampah dapat ditumbuhkan sejak dini.

Selain edukasi pengelolaan sampah, acara ini diisi dengan kegiatan diskusi antara peserta acara dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang dilanjutkan dengan tanya jawab berhadiah sepeda listrik. Total enam buah sepeda listrik dihadiahkan kepada pelajar SD, SMP, dan SMA yang berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan oleh KLHK dan Pemkot Bandung. Acara diakhiri dengan penandatanganan Deklarasi Anak Indonesia Bersih dan Sehat oleh KLHK, Pemerintah Kota Bandung, dan seluruh pelajar yang hadir dalam acara tersebut.

Peran serta masyarakat menjadi kunci

Sejalan dengan Kebijakan Strategis Nasional Pengelolaan Sampah (Jaksastranas Pengelolaan Sampah) yang ditetapkan melalui Perpres nomor 97 tahun 2017 dengan target pengurangan sampah hingga 30% pada tahun 2025, Siti menegaskan perlu sinergi dari seluruh pihak yang terkait.

Salah satu strategi yang dikembangkan adalah konversi sampah menjadi energi. Hal ini tertuang pada Perpres nomor 18 tahun 2016 dan sedang dibahas kembali setelah diusulkannya judicial review oleh Koalisi Nasional Tolak Bakar Sampah pada 16 Januari 2017 lalu.

“Pada judicial review yang dipersoalkan teknologi, maka nanti pada perbaikan akan diakomodasi teknologi ramah lingkungan sehingga (konversi sampah menjadi energi) tidak lagi dipersoalkan,” terang Siti.

Selain itu diperlukan penguatan kelembagaan melalui koordinasi lintas sektoral untuk bisa menjalankan pengelolaan persampahan yang lebih efektif. Direncanakan pada bulan Februari mendatang akan diadakan rapat koordinasi untuk membahas pembagian peran di internal pemerintah.

“Yang paling penting adalah sikap pemerintah untuk mendorong dinamika masyarakat sehingga ada perubahan perilaku terhadap sampah,” jelas Siti.

Ia juga optimis melihat perkembangan yang sangat baik dari peran serta masyarakat. Berdasarkan pantauannya, jumlah kolaborator yang tercatat pada tahun 2017 terkait persampahan meningkat hingga 9800 kolaborator. Jumlah ini jauh meningkat dari tahun 2015 yang hanya 65 kolaborator.

Siti mengakui bahwa penegakan hukum belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, fokus utama saat ini adalah mendorong untuk munculnya kesadaran sosial lewat gerakan-gerakan masyarakat sehingga timbul rasa malu ketika membuang sampah sembarangan.

Penulis: Gede Surya Marteda

Top