IYMDS 2017 Siapkan 70 Agen Perubahan untuk Hadapi Masalah Sampah Laut

Reading time: 3 menit
sampah laut
Foto: greeners.co/Sarah R. Megumi

Jakarta (Greeners) – Sebanyak 70 pemuda terpilih dari seluruh Nusantara mengikuti pelatihan untuk menangani permasalahan sampah laut dalam acara bertajuk Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) di Ancol, Jakarta. Acara yang diinisiasi oleh komunitas Divers Clean Action ini dimulai pada 24 Oktober dan akan berakhir pada 29 Oktober 2017. “Datang dengan Ide, Pulang dengan Aksi” menjadi jargon untuk menyemangati setiap peserta yang diproyeksikan dapat menjadi agen perubahan ini.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan M R Karliansyah yang hadir membuka acara tersebut menyatakan bahwa dirinya sangat mendukung kegiatan ini. Ia pun optimis bahwa kegiatan ini akan membuahkan hasil yang positif terkait penanganan isu sampah, khususnya sampah laut.

“Tentu kami sangat mengapresiasi ya, masih muda dan concern akan masalah sampah. Kami sangat apresiasi semangatnya karena memilih upaya penanganan sampah. Saya berharap kumpulan teman-teman ini bisa membuat gerakan “berburu sampah”, pelan-pelan kita selesaikan. Kalau anak muda sudah bergerak, diharapkan tujuan ini bisa diwujudkan karena mereka punya jaringan,” ujarnya kepada Greeners, Jakarta, Selasa (24/10).

Menurut Karliansyah, ada tiga hal yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi sampah. Pertama, mengubah perilaku. Kedua, membatasi konsumsi plastik. Terakhir, memanfaatkan sampah plastik. Pemanfaatan plastik ini, lanjutnya, sudah dicontohkan sebelumnya oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan, dengan penggunaan sampah plastik sebagai campuran aspal, sumber energi, dan untuk bahan baku daur ulang.

“Sampah itu 80 persen dari darat. Jadi, sepanjang kita bisa menyelesaikan sampah di darat, (jumlah sampah) itu sudah jauh berkurang,” ujarnya menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan, mengaku sulit memusnahkan sampah plastik yang sudah ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tahun 2015, salah satunya dari Universitas Hasanudin, dipaparkan bahwa ada 76 ikan dari 11 jenis ikan yang berbeda di perairan Makassar yang diteliti kandungan mikroplastiknya. Ukuran dari mikroplastik sendiri yaitu antara 0.1-1.6 mm. Penelitian ini, lanjutnya, membuktikan bahwa mikroplastik ada dalam tubuh ikan-ikan itu.

“Mikroplastik ini sudah masuk ke dalam rantai makanan yang dikhawatirkan ujungnya membahayakan kehidupan manusia,” ujar Agus.

Pendapat yang serupa diungkapkan oleh Swietenia Puspa Lestari selaku Executive Director Divers Clean Action (DCA). Perempuan yang akrab disapa Tenia ini mengatakan bahwa umumnya sampah plastik adalah material yang paling susah untuk diuraikan. Oleh karena itu, butuh kerjasama dengan berbagai pihak untuk menangani masalah ini.

Ia menyontohkan sedotan plastik. Menurutnya, pengepul tidak ada yang mau menerima sampah sedotan karena tidak punya nilai jual. “Tapi setelah kami (DCA) bekerjasama dengan salah satu fast food chain besar untuk mengurangi sampah sedotan, ini berhasil. Tahun ini akan kami tingkatkan ke skala nasional,” ujarnya. Selain itu, mereka juga melakukan upaya pengurangan sampah plastik dengan membantu salah satu produsen air mineral untuk mengambil sampah botol plastik dari Kepulauan Seribu, dan bekerjasama dengan sebuah yayasan dan sebuah bank untuk membuat tourism management site di Pulau Harapan.

Ia berharap kegiatan bersih sampah juga menghasilkan data yang dapat digunakan oleh banyak pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan/industri, dan komunitas.

Sebagai informasi, IYMDS 2017 diselenggarakan pada tanggal 24-29 Oktober 2017. Acara ini mendatangkan narasumber ahli, baik dari instansi pemerintahan, lembaga-lembaga, akademisi, serta organisasi-organisasi yang bergerak secara aktif dalam menangani permasalahan sampah laut. Beberapa vlogger dan social media influencer juga diminta memandu peserta agar memanfaatkan media sosial dengan efektif.

Diharapkan 70 peserta terpilih dari 1.600 pendaftar dari seluruh Indonesia ini dapat menjadi agen perubahan di daerah asalnya dalam memerangi masalah sampah laut. Para peserta ini akan dibekali dengan pengetahuan, pelatihan dan nantinya pendanaan untuk melakukan aksi nyata pada sistem dan fasilitas persampahan di daerah asal mereka selama satu tahun. Aksi tersebut dimonitor oleh praktisi langsung agar capaian tiap aksi dapat dipresentasikan pada Our Ocean Conference di Bali, pada Oktober 2018 mendatang.

Penulis: Sarah R. Megumi/Renty Hutahaean

Top