Lari 100 KM akan Warnai Hari Jadi Bandung Ke-207 Tahun

Reading time: 3 menit
lari
Komunitas BDG Explorer akan menggelar lomba lari ultra trail pertama di Bandung pada 16-17 September 2017 mendatang. Jumpa pers acara Bandung 100 K digelar di Hotel Zodiak, Bandung, Sabtu (3/6). Foto: BDG Explorer

Bandung (Greeners) – Komunitas penggila lari bakal mewarnai hari jadi Kota Bandung yang ke-207 tahun dengan menggelar lomba lari ultra trail pertama di Bandung. Lomba lari bertajuk BDG 100K Ultra ini bakal digelar pada 16-17 September 2017 mendatang dengan mengitari wilayah Kota Bandung yang dikelilingi pegunungan.

Perlombaan lari ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu 100K, Relay 100K untuk umum dan master, serta nomor 50K. Semua nomor mengambil titik start dan finish yang sama, yaitu start di Taman Hutan Raya Djuanda, Dago Pakar dan finish di Villa Taman Istana Bunga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Race Director BDG 100K Ultra Dian R Sukmara mengatakan, kondisi geografis Bandung yang berupa cekungan dengan gunung-gunung di sekelilingnya menjadi daya tarik buat peserta yang mau menikmati kegiatan lari dengan kombinasi panorama bukit dan pegunungan.

“Buat jarak 100 kilometer akan melewati empat puncak mulai dari Palasari, Bukit Tunggul, Tangkuban Parahu, dan Burangrang. Nomor relay rutenya sama namun jaraknya dibagi empat sesuai dengan jumlah peserta setiap tim. Sementara nomor 50 kilometer akan melewati puncak Tangkuban Parahu dan Burangrang,” ujar Dian.

Perlombaan ini menantang peserta untuk berlari menanjak hingga 6.630 meter elevation gain dalam rute 100 kilometer dan 2.680 meter elevation gain pada rute 50 kilometer. Elevation gain adalah jumlah total ketinggian trek pada rute lomba.

Pada lomba ini, panitia membuka kelas umum dan master di kategori relay. Kelas master berlaku bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun. “Untuk tim relay semua pelari harus di atas usia 45 tahun, jika ada yang di bawah itu maka masuk kelas umum. Khusus tim relay, minimal satu pelari adalah perempuan. Kelas umum di bawah 45 tahun,” ujar Dian yang bergiat dengan komunitas BDG Explorer (baca: Bandung Explorer).

Lomba lari serupa sudah ada di beberapa daerah lain seperti Rinjani 100K, Bromo Tengger Semeru, hingga Mesastila Peak Challenge yang melewati Gunung Merbabu dan Merapi.

“Selain trek yang menantang buat para pelari ultra di tanah air, BDG 100K ini punya sensasi lain karena menawarkan empat puncak. Pemandangannya unik dan punya nilai sejarah yang melegenda hingga menjadikan Bandung seperti sekarang ini,” tambah Dian.

Untuk mendaftar dalam nomor 100K, peserta harus sudah pernah mengikuti lomba lari ultra dengan jarak minimum 50 kilometer. Sementara untuk kategori relay 100 kilometer, peserta harus sudah pernah menyelesaikan lomba dengan jarak minimum 21 kilometer. “Untuk kategori 50 kilometer, peserta harus sudah pernah ikut serta lomba marathon full atau lomba lari trail dengan jarak minimum 21 kilometer,” papar Co-Race Director, Budiman Setiono.

Pendaftaran untuk lomba ini melalui jaringan internet di laman bdg100.id hingga tanggal 27 Agustus 2017 mendatang. Bagi mereka yang mendaftar sebelum 5 Juni 2017, biaya pendaftaran untuk nomor 100K adalah Rp750 ribu, 100K Relay adalah Rp1,8 juta, dan nomor 50K adalah Rp550 ribu. Setelah tanggal tersebut biayanya menjadi Rp850 ribu untuk nomor 100K, Rp650 untuk nomor 50K, dan Rp2 juta untuk satu tim Relay 100K.

Hingga akhir bulan Mei 2017 ini, panitia sudah menerima 152 pendaftar. Termasuk delapan pelari asing dari Malaysia, Brunei Darusslam, Perancis, dan India. “Ada tujuh pelari asing pria dan satu perempuan,” kata Dian.

BDG Explorer, penyelenggara perlombaan ini, adalah komunitas terbuka bagi para pecinta kegiatan luar ruang, khususnya olahraga lari jalanan dan alam terbuka. Komunitas yang terbentuk pada tahun 2014 di Bandung ini sudah memiliki 138 anggota yang usianya beragam mulai dari 6 tahun hingga di atas 50 tahun. Nama komunitas ini pertama kali digunakan saat acara lari amal, yaitu penggalangan dana untuk rumah singgah anak-anak penderita leukemia. Para pelari dari komunitas ini berlari dengan rute Bandung-Jakarta.

Komunitas BDG Explorer berkegiatan setiap Senin, Rabu, dan Jumat bersama pelatih Rudy Dimyana untuk ngaprak ngabring atau berlari berama-ramai menyusuri jalanan kota hingga ke daerah pinggiran hota dan pelosok hutan, lembah, serta pegunungan. Ada juga kegiatan ngaprak peutingi atau berlari pada malam hari yang biasa dilakukan saat bulan Ramadhan dilanjutkan dengan acara sahur bersama.

“Lomba lari kali ini adalah bentuk kecintaan komunitas kami terhadap Bandung yang berulangtahun,” kata Dian.

Penulis: (*)

Top