12 Tahun Semburan Lumpur Lapindo, Kesehatan Warga Terancam

Reading time: 2 menit
lumpur lapindo
Peringatan 12 Tahun Tragedi Semburan Lumpur Sidoarjo di atas tanggul penahan lumpur titik 25, Selasa (29/05/2018). Foto: Ist.

Sidoarjo (Greeners) – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur menyebut tanah dan air di sekitar lumpur panas mengandung polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) hingga 2.000 kali di atas ambang batas normal. Selain PAH sangat jauh di atas ambang normal, logam berat level tinggi juga ditemukan dalam tubuh biota di sungai Porong yang selama ini dijadikan buangan semburan lumpur.

“Menurut penelitian yang telah dilakukan sejak 2008, dapat disimpulkan bahwa tanah dan air di sekitar lumpur panas mengandung polycyclic aromatic hydrocarbon hingga 2.000 kali di atas ambang batas normal. Perserikatan Bangsa-bangsa menyebut bahwa PAH adalah senyawa organik yang bebahaya dan sifatnya karsiogenik atau pemicu kanker,” kata Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur Rere Christanto, saat Peringatan 12 Tahun Tragedi Semburan Lumpur Sidoarjo di atas tanggul penahan lumpur titik 25, Selasa (29/05/2018).

BACA JUGA: Kepentingan Pendanaan Pilkada Berpotensi Memperburuk Krisis Sosial Ekologis

Berdasarkan penelitian Walhi pada tahun 2016, level tinggi logam berat juga ditemukan dalam tubuh biota di sungai Porong yang dijadikan buangan semburan lumpur Lapindo. Penelitian tersebut menemukan kandungan timbal (PB) 40- 60 kali di atas ambang batas.

Menurut Rere, kontaminasi logam berat juga terkonfirmasi ada di dalam sumur warga di desa-desa sekitar semburan lumpur Sidoarjo yakni di Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin dan Desa Glagah Arum, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

“Kombinasi logam berat, gas dan PAH pada wilayah sekitar semburan lumpur Sidoarjo itu menunjukkan tingkat cemaran yang kuat dan dapat diduga memberikan pengaruh terhadap kualitas kesehatan warga yang masih beraktivitas di sekitar semburan. Logam berat dapat memengaruhi kondisi kesehatan mereka yang terpapar secara langsung baik melalui air, sedimen lumpur, dan udara,” terang Rere.

BACA JUGA: Menteri Kesehatan Resmikan Radio Kesehatan

Dampak pencemaran pada kesehatan tersebut diungkapkan Harwati, salah seorang warga. Menurut perempuan berusia 44 tahun ini secara langsung warga sekitar semburan lumpur terganggu bau tidak sedap hingga sakit tenggorokan.

“Meskipun kami sudah pindah dan saat ini tinggal di desa lain, tapi kami masih terdampak akibat bau yang menyengat dari semburan. Warga sakit tenggorokan,” ujar warga Desa Siring ini saat hadir dalam Peringatan 12 Tahun Tragedi Semburan Lumpur Sidoarjo.

Melalui Peringatan 12 Tahun Tragedi Semburan Lumpur Sidoarjo, Harwati berharap pemerintah lebih fokus mengatasi dampak semburan lumpur, terutama masalah kesehatan warga korban lumpur.

“Warga korban lumpur yang belum mendapatkan Kartu Indonesia Sehat harap dibantu agar warga yang sakit akibat lumpur ini tidak mengeluarkan biaya saat berobat ke rumah sakit,” pungkas Harwati.

Penulis: MA/G12

Top