Bekasi Jadi Lokasi Penerapan Aspal Plastik untuk Jalan Nasional Pertama

Reading time: 2 menit
aspal plastik
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Kemenko Kemaritiman

Jakarta (Greeners) – Setelah Bali, Bekasi kini menjadi lokasi penerapan teknologi pencampuran limbah plastik pada aspal. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 persen hingga tahun 2025. Meskipun beberapa pihak menganggap harus dilakukan penelitian terlebih dahulu terkait pencampuran limbah plastik pada aspal, namun pemerintah tetap melanjutkan upaya pemanfaatan potensi limbah plastik untuk pengerasan jalan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, setelah ujicoba yang dilakukan di Bali sukses, Bekasi adalah lokasi penerapan untuk jalan nasional yang pertama karena kriterianya sudah masuk dalam spesifikasi Bina Marga. Ia mengklaim kalau penelitian mengenai pemanfaatan limbah plastik untuk bahan campuran aspal sudah dimulai sejak 2008 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berdasarkan inisiasi dari Kemenko Kemaritiman.

BACA JUGA: Limbah Plastik sebagai Campuran Aspal Bukan Solusi Pengurangan Sampah Plastik

“Setelah tahun 2008, penelitian ini akhirnya dilanjutkan kembali pada awal tahun 2017 dengan mengambil referensi penelitian serupa yang sudah dilakukan di India. Nantinya penerapan yang sama akan dilakukan di Jakarta, Surabaya, dan Makassar,” terangnya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, Jakarta, Sabtu (16/09).

Berdasarkan hasil kajian di laboratorium tahun 2017, campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar. Teknologi ini telah diujicoba di jalan lingkungan Universitas Udayana Bali sepanjang kurang lebih 700 meter pada 18-29 Juli 2017.

BACA JUGA: Sampah Plastik Sachet Banyak Ditemukan di Garis Pantai Indonesia

Penanganan limbah plastik menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi pemanasan global. Terutama jenis plastik yang nondegradable (tidak bisa terurai) atau plastik yang memiliki waktu urai cukup lama. Jenis limbah ini akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan, diantaranya dapat mengakibatkan banjir karena dapat menyumbat saluran air. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran beraspal panas merupakan salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik.

“Ini seiring dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasiona (RPJMN) 2015-2019 yang tercatat Indonesia akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1000km jalan tol dan pekerjaan pemeliharaan di semua wilayah dengan kebutuhan aspal sekitar 1,5 juta ton/tahun,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top