BNPB Prediksi 1,4 Juta Jiwa akan Terdampak Kekeringan

Reading time: 2 menit
bnpb
Ilustrasi. Foto: pxhere.com

Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan sekitar 1,4 juta jiwa akan terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih akibat kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air. BNPB juga memprediksikan kalau kekeringan tahun ini akan lebih parah dari tahun sebelumnya.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dibandingkan dengan periode 2016, kekeringan pada 2017 ini lebih banyak. Sebab, pada 2016 lalu terjadi La Nina sehingga masih banyak terjadi hujan di musim kemarau.

Sutopo menjelaskan, upaya mengantisipasi kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Indonesia dan terjadi hampir tiap tahun ini antara lain menyediakan air bersih, pembuatan sumur pompa dan sumur dalam. Untuk jangka pendek setiap tahun dibangun sumur air tanah dalam, bak-bak penampung air hujan, revitalisasi embung dan lainnya.

BACA JUGA: Sebanyak 282 Hotspot Terdeteksi secara Nasional

“Menurut data BNPB, sejak akhir Juli hingga Agustus 2017, sebanyak 275 kecamatan di Jawa Tengah telah terdampak kekeringan. Total warga yang terdampak sebanyak 1,4 juta jiwa dan 404.212 keluarga. Daerah yang paling banyak terdampak kekeringan di Jawa Tengah adalah Banyumas dengan 21 kecamatan, disusul Kebumen 17 kecamatan, Grobogan dan Blora 15 kecamatan, serta Rembang, Temanggung, dan Cilacap dengan 14 kecamatan,” terang Sutopo, Jakarta, Senin (04/09).

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan pada Agustus sampai dengan September diprediksi sebagai puncak musim kemarau untuk wilayah Indonesia di selatan garis khatulistiwa (ekuator). Sedangkan untuk musim kemarau akan berlangsung hingga Oktober akhir atau awal November.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Mulyono Prabowo kepada Greeners mengatakan, sebagian wilayah utara ekuator sebetulnya telah masuk musim kemarau namun masih ada potensi hujan. Bisa dikatakan lebih basah dibanding dengan bagian selatan ekuator. Sedangkan untuk Maluku bagian tengah kondisinya justru masuk bulan basah.

BACA JUGA: BNPB Latih 28 Peserta Daerah Lintas Sektor

Wilayah utara ekuator yang masih ada peluang hujan, katanya, adalahSumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, Papua bagian barat masih berpotensi terjadi hujan skala ringan hingga sedang. Bahkan beberapa tempat seperti Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara intensitas hujan hingga lebat.

Menurut Mulyono, beberapa hari yang lalu hingga 28 Agustus ada siklon tropis Pakhar di Laut Cina Selatan. Lalu siklon itu masuk ke daratan China dan punah pada 28 Agustus turut pula berpengaruh memperkuat aliran angin di wilayah Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kecepatannya berkisar 25-30 knots atau sekitar 35-50 km/jm dari belahan bumi selatan ke belahan bumi utara.

“Kondisi saat ini pada kondisi musim kemarau. Angin dominan dari arah tenggara ke barat laut, di selatan ekuator dan dari arah barat daya ke arah timur laut, di utara ekuator bersifat kering. Selain itu, saat kemarau terjadi, potensi bencana juga perlu diwaspadai seperti kebakaran lahan dan hutan (karhutla) serta kekeringan,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top