Dua Siswa Ini Ubah Urine untuk Gerakkan Mobil Listrik

Reading time: 2 menit

Malang (Greeners) – Sebuah karya inovasi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Kota Malang mampu menyisihkan 101 peserta dari 40 negara di ajang lomba teknologi International Young Inventors Project Olympiad (IYIPO) di Georgia, pada 27-29 April 2012.
Karya dua siswa Nurul Inayah dan Nando Novia ini dinamai Photo Electro System yang memanfaatkan urine manusia diubah menjadi energi listrik. Berkat karya tersebut, keduanya menyabet medali emas dalam ajang internasional itu.

Kini, keduanya berencana mengembangkan untuk diterapkan pada mobil tenaga listrik. Dari hasil perhitungan sementara, dibutuhkan dana sekira Rp 50 juta untuk dapat merealisasikannya.
Menurut Nando, Photo Electro System akan dipasang di atap mobil dengan solar cell. Sedangkan electrolizer dan fuel cell ditempatkan di chasis mobil bagian depan sebagai pengganti mesin. Selain itu, dibutuhkan juga baterai lithium 325 volt dan solar cell 200 watt.

“Kami perhitungkan mampu menghasilkan daya 100 hp/ 5.000 Rpm dengan torsi 125 Nm/3800 Rpm,” kata Nando, saat memamerkan hasil karyanya, Selasa (15/5/2012).

Ia berharap dapat merealisasikan mobil listrik berbahan bakar urine dengan bantuan para pihak atau sponsor. “Estimasinya dana yang kami butuhkan Rp 50 juta,” kata Nando. Menurutnya, jumlah itu lebih murah daripada mobil hibrida yang harganya sekira Rp 400 jutaan.

Sementara itu, menurut Nurul Inayah, yang mengaku menyukai pelajaran sains dan aktif di Dewan Riset Muda Kota Malang ini menjelaskan, untuk bisa menggerakkan mobil remote control, terlebih dulu urine diubah menjadi hidrogen sebelum menghasilkan listrik untuk menggerakkan mobil.

Dengan diterapkan di mobil remote control, kata Nurul, mampu melaju dengan kecepatan 60 km per jam. Sedangkan untuk melaju sejauh 17 km dibutuhkan urine sebanyak satu liter.
Dijelaskannya, prinsip kerja alat ini yakni dengan menyimpan listrik bertenaga surya dalam baterai.  Sebanyak 75 % energi ini dimanfaatkan untuk menggerakkan motor, sedangkan sisanya 25% digunakan dalam proses elektrolisasi.

Menurutnya, proses elektrolisasi itu menggunakan alat electrolizer tersebut elektrolit berupa gas hidrogen dan nitrogen sebagai limbah dilepas ke udara.  Setelah itu, gas hidrogen dialirkan ke fuel cell sehingga terjadi reaksi penggabungan antara hidrogen dan oksigen yang puncaknya mampu menghasilkan listrik.

“Listrik kemudian dialirkan ke proton exchange membrane fuel cell untuk mengikat proton sehingga hanya elektron saja yang disimpan dalam baterai dan menjadi listrik untuk penggerak motor,” kata Nurul menjelaskan.

Ia mengatakan, proses elektrolisasi untuk satu liter urine membutuhkan waktu selama 1,5 menit, dan hanya urine dari manusia yang sehat saja yang bisa digunakan. Sebab, jika urine tersebut mengandung kadar gula atau unsur kimia akan mengganggu elektrolisasi.

Dipilihnya urine, kata Nurul, karena lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan air. Jika menggunakan urine, proses elektrolisasi hanya membutuhkan catu daya 0,37 volt, sedangkan air membutuhkan listrik 1,2 volt.  Saat ini, pihak sekolah sudah mengajukan hak paten atas temuannya dan berharap dukungan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). (G17)

Top