Iklim Menghangat Meningkatkan Risiko Kepunahan Keanekaragaman Hayati

Reading time: 3 menit
keanekaragaman hayati
Ilustrasi. Foto: static.pexels.com

LONDON, 9 Juni 2017 – Para ahli biologi sekali lagi mengonfirmasi bahwa kehidupan alam liar akan menghadapi risiko ancaman bahkan manusia sekalipun.

Mereka menunjukkan bahwa perkiraan konservatif dari keuntungan ekonomi atas keanekaragaman hayati — kata kolektif untuk kekayaan spesies di planet bumi — setidaknya sepuluh kali dari biaya konservasi keanekaragaman hayati.

Mereka melaporkan bahwa tindakan manusia sudah mengancam seperempat dari seluruh spesies mamalia dan 13 persen spesies burung. Sekitar 21.000 tanaman dan jenis hewan lainnya juga mengalami risiko yang sama.

Pada salah satu area dengan kekayaan habitat di dunia — daerah di mana Asia Tenggara, India dan Cina bertemu — manusia telah menempatkan dua pertiga dari seluruh mamalia dengan berat lebih dari 10kg selama 50 tahun terakhir ini.

Rangkuman tentang limbah dan penjarahan ini terdapat pada makalah jurnal Nature, di mana salah satunya melihat kembali ancaman tersebut bagi keanekaragaman hayati sementara yang lainnya berkonsentrasi kepada cara orang mempengaruhi dan tergantung kepada buah-buahan selama tiga miliar tahun evolusi alam.

Tekanan manusia

Ekonomi manusia tergantung kepada apa yang tumbuh di planet Bumi dan apa yang bisa diambil dari tanahnya. Menebang hutan dan pembangunan perumahan di padang rumput, polusi perkotaan, perburuan liar dan peternakan berlebihan, semua didorong oleh bertambahnya jumlah manusia yang kini membawa ancaman spesies kepada tingkat yang mengkhawatirkan.

Perubahan iklim kini menjadi faktor dan telah dikaitkan dengan potensi musnahnya spesies dan pelenyapan spesies pada region tertentu.

Hal ini juga diidentifikasikan sebagai bahaya bagi keragaman kehidupan tanaman saat kenaikan suhu dan pola curah hujan berubah dengan adanya peningkatan rasio karbon dioksida atmosferik, gas rumah kaca yang dikeluarkan melalui mesin pembakaran internal dan pembangkit listrik tenaga batubara.

Tidak ada yang mengklaim bahwa perubahan iklim menjadi kekacauan utama tapi memperburuk dampak bagi kehidupan alam liar.

Target tropis

Jadi tim yang dipimpin oleh David Tilman dari Universitas Minnesota telah menulis makalah yang melihat 50 tahun mendatang, ketika manusia mempengaruhi habitat mereka mengatakan “tingkat kepunahan berisiko pada keberadaan spesies di seluruh penjuru dunia pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya: — terutama bagi mamalia ukuran besar di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan yang merupakan daerah tropis.

Dunia telah kehilangan setengah dari mamalia daratan — mamalia lebih besar dari 44 kg — sejak 1.000 SM dan 15 persen dari spesies burung. Pada 3.000 tahun belakangan, populasi manusia bertumbuh hingga 25 kali lipat dan total 4 miliar orang pada akhir abad ini sehingga para peneliti berargumen, apabila tidak ada tindakan apapun maka laju kepunahan akan semakin cepat.

Namun, mereka mengatakan beberapa langkah sudah diambil : 31 spesies burung telah diselamatkan melalui program konservasi dari kepunahan total dan upaya yang sama telah menekan penurunan populasi satu dari lima vertebrata langka di dunia. Program penangkaran telah mengintroduksi spesies yang hampir punah.

Namun, banyak hal yang perlu dilakukan: populasi singa di Afrika, sebagai contoh, telah kehilangan satu persepuluh dari potensi mereka.

Pada makalah yang kedua, sebuah tim yang dipimpin oleh Forest Isbell dari Universitas Minnesota dan didukung oleh banyak penulis berasal dari delapan negara di empat benua memberikan contoh keuntungan dari konservasi.

Keanekaragaman hayati dalam bentuk pohon dan semak belukar menyelamatkan tiga triliun dolar dalam bentuk penyerapan karbon: artinya, ia menjaga level karbon yang berbahaya keluar dari atmosfer.

Pada level keuangan secara praktis, nilai keanekaragaman hayati dikalkulasikan menjadi produktivitas hutan komersial mencapai antara 166 miliar dolar per tahun dan 490 miliar dolar.

Saat ini, dunia menghabiskan 25 miliar dolar per tahun untuk konservasi. Hal tersebut akan menghabiskan biaya 76 miliar dolar tiap tahunnya untuk bisa mencapai target konservasi dunia. Dan, para penulis juga mengungkapkan bahwa nilai uang tidak bisa dilihat sebagai anugrah dari keanekaragaman hayati. Banyak hal yang tidak ternilai.

“Aktivitas manusia telah mendorong kepunahan massal keenam dari sejarah Bumi, meskipun fakta menyebutkan bahwa keberagaman hidup telah memberikan keuntungan bagi manusia bisa diambil dari alam, contohnya kayu dari hutan, hasil ternak dari padang rumput dan ikan dari laut dan danau,” jelas Dr. Isbell. “Akan sangat bijaksana untuk berinvestasi lebih pada konservasi keanekaragaman hayati.” – Climate News Network

Top