Jabar dan Jateng Keluarkan Status Siaga Darurat Kekeringan

Reading time: 2 menit
darurat kekeringan
Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Meskipun musim kemarau pada periode tahun 2017 dianggap normal, namun musim kemarau tahun ini telah menyebabkan kekeringan dan krisis air di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat sekitar 105 kabupaten/kota, 715 kecamatan, dan 2.726 kelurahan/desa yang mengalami kekeringan di Jawa dan Nusa Tenggara. Sekitar 3,9 juta jiwa masyarakat terdampak kekeringan sehinga memerlukan bantuan air bersih. Kemarau juga menyebabkan 56.334 hektar lahan pertanian kering sehingga 18.516 hektar lahan pertanian gagal panen.

Kepala Pusat data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan sebaran wilayahnya, kekeringan di Jawa Tengah melanda 1.254 desa yang tersebar di 275 kecamatan dan 30 kabupaten/kota, dan berdampak pada 1,41 juta jiwa atau 404.212 Kepala Keluarga (KK). Atas kondisi ini, pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengeluarkan status Siaga Darurat Kekeringan hingga Oktober 2017.

BACA JUGA: Kebakaran Padang Rumput Bromo Meluas Hingga 75 Hektare

Sementara itu, di Jawa Barat kekeringan melanda 496 desa di 176 kecamatan dan 27 kabupaten/kota sehingga berdampak kepada 936.328 jiwa penduduk. Di provinsi DI Yogyakarta, kekeringan melanda di 10 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, dimana ada 32 desa dengan 12.721 jiwa atau 7.621 KK yang terdampak kekeringan ini.

“Delapan kepala daerah kabupaten/kota telah mengeluarkan status Siaga Darurat Kekeringan yaitu Kabupaten Ciamis, Cianjur, Indramayu, Karawang, Kuningan, Sukabumi, Kota Banjar, dan Kota Tasikmalaya. Begitu pula halnya dengan di Jawa Timur, kekeringan melanda 588 desa di 171 kecamatan dan 23 kabupaten/kota,” ujarnya, Jakarta, Kamis (14/09).

Di Nusa Tenggara Barat kekeringan melanda 318 desa di 71 kecamatan yang tersebar di 9 kabupaten meliputi Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima dan Kota Bima. Sebanyak 640.048 jiwa atau 127.940 KK terdampak kekeringan. Di kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan kabupaten juga dilaporkan mengalami darurat kekeringan menyusul sumber-sumber mata air mulai mengering. Sembilan kabupaten yang melaporkan darurat kekeringan adalah Flores Timur, Rote Ndao, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya dan Sabu Raijua.

BACA JUGA: Cuaca Kering, Manggala Agni Bersiaga Antisipasi Karhutla

Menurut Sutopo, kekeringan dan dampaknya di Provinsi Banten, dan Bali masih dilakukan pendataan. Sebagian besar daerah yang terlanda kekeringan adalah daerah-daerah yang pada tahun-tahun sebelumnya juga mengalami kekeringan. Masih tingginya kerusakan lingkungan dan daerah aliran sungai menyebabkan sumber air mengering. Pasokan air di sungai juga menyusut drastis selama musim kemarau. Di satu sisi kebutuhan air meningkat sehingga kekeringan menahun masih terjadi di wilayah tersebut.

Saat ini upaya yang dilakukan untuk jangka pendek adalah pemberian bantuan air bersih melalui tangki air. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), relawan dan dunia usaha telah menyalurkan jutaan liter air bersih kepada masyarakat. Beberapa daerah telah menjadwalkan pengiriman bantuan air bersih karena keterbatasan mobil tangki air.

Meski upaya mengatasi kekeringan sudah dilakukan setiap tahun, namun upaya ini belum dapat menuntaskan semuanya. Pembangunan sumur bor, pembangunan perpipaan, pemanenan hujan, pembangunan embung, bendung dan waduk telah dapat mengurangi dampak kekeringan. Upaya ini masih terus dilakukan ke depan.

“Diperkirakan kekeringan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2017 mendatang. BMKG telah merilis bahwa sebagian besar pulau Jawa saat ini sedang mengalami puncak musim kemarau, dan akan masuk awal musim hujan pada Oktober-November 2017. Awal Musim Hujan 2017/2018 di sebagian besar daerah diprakirakan mulai akhir Oktober – November 2017 sebanyak 260 zona musim (76%) dan mengalami puncak musim hujan pada Desember 2017-Februari 2018,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top