Jumlah Serangga di Eropa Mengalami Penurunan Signifikan

Reading time: 2 menit
serangga
Ilustras. Foto: wikemedia commons

LONDON, 20 Oktober 2017 – Jumlah serangga terbang di beberapa wilayah Jerman telah menurun hingga tiga-perempat pada 27 tahun terakhir. Wilayah yang dijadikan sampel merupakan area perlindungan alami sehingga terbebas dari pestisida dan gangguan lainnya. Dampak ini sangat mengkhawatirkan karena serangga akan “terbang” menuju kepunahan di banyak negara di Eropa.

Biaya untuk ekosistem alami dan ekonomi manusia akan sangat meresahkan. Serangga berpolinasi 80 persen dari tanaman liar, memangsa spesies yang berpotensi menjadi hama, mendaurulang sampah tanaman dan hewan dan merupakan pangan 60 persen dari burung yang ada. Salah satu perkiraan menetapkan bahwa nilai polinasi serangga pada $57 miliar per tahun di Amerika Serikat.

Serangga mulai menghilang

Para peneliti sudah mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan menghilangnya jumlah kupu-kupu di Eropa, yang merupakan konsekuensi dari perubahan iklim. Namun, penelitian terakhir tidak membedakan spesies individu ataupun kelompok. Studi tersebut berkonsentrasi pada sebagian kecil serangga terbang di Jerman pada musim tumbuh.

Penelitian yang dipublikasikan di Public Library of Science journal, PLOS ONE menyusun 1.503 data dari serangga bersayap, semuanya tertangkap di perangkap standar di lapangan, pada 63 lokasi unik di daerah lindung di dataran rendah di Jerman saat musim semi, musim panas dan awal musim gugur mulai dari tahun 1989 hingga 2016. Data tersebut mengungkapkan kisah yang menggelisahkan: rata-rata kelompok serangga yang terbang berdasarkan musim menurun hingga 76 persen pada kurang dari tiga dekade. Pada puncak musim panas, penurunan tersebut mencapai 82 persen.

Penurunan tersebut konsisten pada tipe habitat yang berbeda, — bukit pasir, lahan yang luas, dan padang rumput yang subur dan kering, tanah kosong, tutupan semak, dan lainnya –, dan perubahan tata guna lahan atau cuaca, atau perubahan pada habitat yang tidak dapat dijelaskan.

Para peneliti telah mengidentifikasikan beberapa alasan bahwa satu spesies atau kelompok serangga akan menghadapi risiko perubahan iklim. Mungkin karena pembungaan lebih awal mengganggu siklus makan atau karena beberapa spesies pada ekosistem berubah dengan adanya peningkatan suhu.

Namun, selalu ada asumsi yang tidak diutarakan bahwa spesies lain atau kelompok spesies lainnya mungkin mendapatkan manfaat dari perubahan tersebut, dengan memperluas jangkauan mereka. Studi ini berdasarkan observasi yang dibuat di satu negara saja.

Meski demikian, penemuan tersebut mengimplikasikan bahwa ekosistem pada seluruh bagian Eropa dapat terpengaruh pada skala lebih besar dan setiap level.

Tren menurun

“Saat seluruh ekosistem bergantung kepada serangga untuk makanan dan sebagai polinator, ia menempatkan penurunan serangga pemakan burung dan mamalia pada konteks yang baru. Kami tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi bila tren menurun ini terus terjadi tanpa ada tindakan,” kata Hans de Kroon, seorang ahli ekologi di Universitas Radboud di Nijmegen, Belanda, yang menjadi salah satu penulis.

“Satu-satunya yang bisa kita lakukan saat ini adalah untuk bisa mempertahankan kondisi dengan perhatian yang lebih. Kita perlu mengurangi tindakan yang memiliki dampak negatif, seperti penggunaan pestisida dan mencegah menghilangnya lahan pertanian yang penuh dengan bunga. Namun, kita juga perlu bekerja keras untuk memperluas daerah dilindungi dan menurunkan perbandingan daerah dilindungi berbatasan dengan lahan pertanian.” – Climate News Network

Top