Kehidupan Liar Antartika Berubah Seiring Menghangatnya Iklim

Reading time: 2 menit
antartika
Pinguin emperor. Foto: pixabay.com

LONDON, 3 Juli 2017 – Kehidupan liar Antartika akan berujung pada bagaimana mempertahankan hidup. Ketika suhu global meningkat dan es mencair, keanekaragaman hayati dari benua tersebut mendapatkan 17,000 kilometer persegi ruang hidup.

Tidak terlalu banyak bagi benua yang mencakup 14 juta kilometer persegi dan diselimuti 30 juta kilometer kubik es, dan yang merupakan daerah terdingin dan terkering di bumi. Namun, bagi para penghuni permanen, seperti anjing laut, burung laut, arthropoda, nematoda, mirkoba dan lumut, hal ini berarti memiliki ruang hidup baru seukuran Swaziland atau Kuwait.

Meski tutupan es di Antartika, secara rata-rata, mencakup lebih dari 2 kilometer, selalu ada bebatuan dan lahan yang bebas dari es di mana air bisa dicapai.

Perintis hijau

Areal bebatuan dan lahan tersebut hanya berkisar satu persen dari keseluruhan region dan berukuran sedikit lebih besar dari lapangan sepakbola hingga ukuran pulau kecil di Pasifik. Batu, air, dan sinar matahari cukup bagi beberapa mahkluk hijau; hal ini menciptakan rumah yang potensial.

“Area bebas es cocok sebagai habitat bagi tanaman dan hewan, seperti pulau dari lautan es,” jelas ahli biologi, Jasmine Lee, dari Universitas Queensland.

“Area ini merupakan rumah bagi mayoritas spesies Antartika, mulai dari anjing laut dan burung laut hingga lumut, dan hewan kecil, seperti beruang air dan serangga. Kebanyakan spesies ini tidak ditemukan di bagian lain di dunia ini,” katanya.

Perubahan iklim yang didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil dari manusia, menciptakan ancaman baru bagi kehidupan liar hampir di semua tempat. Para ahli biologi sudah mengingatkan hilangnya es lautan akan membawa masalah bagi pinguin Emperor dan telah memperingatkan adanya potensi penurunan populasi bagi pinguin Adélie.

Pemanasan yang cepat

Pemanasan juga menciptakan masalah bagi anjing laut yang mengandalkan ketersediaan minyak kril. Namun, hingga kini perhatian sangat kecil difokuskan kepada pertumbuhan dan perubahan bagi sejumlah kecil manusia. Antartika merupakan daerah dengan pemanasan tercepat di Hemisfer Selatan dan akan terus menghangat pada abad ini.

Ada beberapa bagian bebatuan dan lahan, puncak gunung, jurang, lereng, bukit tetap kering dengan adanya angin, daerah pantai dan pulau. Daerah ini merupakan rumah bagi lumut, jamur, dan alga, juga tempat berkembang biak bagi anjing laut dan burung laut serta beberapa hewan kecil lainnya, akibat keadaan yang terjadi di daratan, maka beberapa mahkluk ini menjadi unik bagi Antartika dan hanya ditemukan pada satu bagian tempat atau zona.

Para peneliti asal Australia melaporkan di Nature bahwa mereka menanyakan satu pertanyaan besar: apa yang terjadi saat es mulai mencair?

Mereka mengkalkulasikan bahwa untuk 80 tahun mendatang, area bebas es meningkat hingga 25 persen dan menciptakan 17,000 kilometer persegi ruang hidup yang kebanyakan berada di Semenanjung Antartika.

Mereka berpikir bahwa negara-negara di dunia tidak bisa menjaga janji di Paris pada tahun 2015 untuk bisa menahan pemanasan global hingga di bawah 2°C maka bagian tersebut akan menjadi luas dan bergabung. Spesies dengan sisi kompetisi yang rendah akan menghadapi risiko dari penyerbu yang lebih agresif: Antartika akan berujung pada banyak kehidupan tapi tidak beragam.

“Ekspansi habitat bebas es ini dapat memberikan kesempatan baru bagi keanekaragaman hayati Antartika meskipun kondisi yang menghangat akan membuat spesies invasif untuk bertahan hidup,” jelas Lee.

“Banyak spesies asli yang terisoloasi satu sama lain untuk jangka waktu tertentu: mereka pada umumnya tertahan pada kemampuan sumber daya seperti air dan nutrien. Cara mereka bertahan dengan meningkatnya konektivitas dan kompetisi dari spesies invasif masih belum bisa diketahui.” – Climate News Network

Top