KIARA: 13.000 Sampah Plastik Mengapung di Permukaan Laut

Reading time: < 1 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Memperingati Hari Kelautan Sedunia 2015 yang jatuh pada tanggal 8 Juni lalu, masyarakat dunia diingatkan untuk selalu menjaga ekosistem laut demi masa depan. Laut dunia kini rentan akan ancaman kerusakan, seperti sampah, pencemaran industri, penangkapan ikan berlebih, reklamasi pantai dan pengasaman laut sebagai dampak perubahan iklim.

Abdul Halim, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) yang juga Koordinator Regional South East Asia Fish for Justice Network (SEAFish) mengungkapkan bahwa Pusat Data dan Informasi KIARA telah mencatat, saat ini sedikitnya 12,7 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan setiap tahun. Dari jumlah tersebut, terdapat 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi tiap tahunnya.

“Sudah saatnya masyarakat global bergegas menyelamatkan ekosistem laut yang terancam. Apalagi laut menjadi sumber pangan yang kian strategis. Oleh karena itu, kebijakan yang konsisten dari pemerintah sangat dibutuhkan seperti moratorium proyek reklamasi pantai dan pembolehan dumping ke perairan nasional,” ujar Halim, Jakarta, Rabu (10/06).

Halim juga mengatakan bahwa Indonesia ditempatkan sebagai posisi kedua setelah Cina dari 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik ke laut setiap tahunnya. Dalam siklus 11 tahun, jumlah sampah plastik tersebut mengalami peningkatan dua kali lipat, dengan kemasan dan bungkus makanan atau minuman yang menjadi jenis sampah plastik terbesar.

“Ini sangat ironi untuk Indonesia yang posisinya itu disusul oleh Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria, dan Bangladesh,” tukasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top