LIPI Kembangkan Insenerator Plasma Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengembangkan teknologi insenerator generasi terbaru yang dilengkapi dengan unit plasma. Insenerator ini diklaim lebih ramah lingkungan dan mampu menyelesaikan permasalahan sampah yang melanda kota-kota besar di Indonesia dengan cara cepat melalui sistem pembakaran yang tidak menghasilkan asap sehingga minim pencemaran lingkungan.

Menurut Peneliti dari UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Dr. Anto Tri Sugiarto, kandungan racun pada asap yang dihasilkan dari insenerator dapat dinetralisir dengan menggunakan plasma, sehingga asap yang dihasilkan menjadi bersih. Bahkan, panas yang dihasilkan dari pembakaran sampah ini juga bisa dimanfaatkan sebagai energi.

“Teknologi ini memberikan solusi pembakaran yang lebih bersih dan tidak mencemari lingkungan. Maklum saja, insenerator yang sebenarnya suda lama ada itu kurang mendapat perhatian atau bahkan cenderung tidak diinginkan karena gas buang dari hasil pembakaran mengandung banyak sekali polutan yang berbahaya bagi kesehatan,” jelas Anto dalam pemaparannya yang disampaikan di hadapan wartawan, Jakarta, Jumat (20/11) lalu.

Dr. Anto Tri Sugiarto, Peneliti dari UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Dr. Anto Tri Sugiarto, Peneliti dari UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Penambahan unit plasma sendiri di dalam generasi baru insenerator yang dikembangkan oleh LIPI, lanjut Anto, berfungsi sebagai alat yang menggunakan metode plasma non-termal yang menguraikan gas buang yang beracun menjadi tidak beracun. Metode plasma ini, katanya lagi, merupakan teknologi yang menggunakan proses tumbukan elektron yang dapat mengionisasi dan menguraikan gas beracun seperti NOx, SOx, dioxin dan furan menjadi gas yang aman dan dapat dilepas ke lingkungan.

“Dari hasil uji coba kita pada insenerator di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sunter, Jakarta Utara, tanggal 2 Januari 2015 lalu yang didampingi oleh BPLHD Jakarta dan PT. Unilab Perdana, tercatat penurunan baku mutu pada dioxin sebanyak 99 persen, NOx 90 persen dan SOx 90 persen. Itu dari baku mutu yang 250 ppm, hasil keluarannya ternyata hanya 32 ppm saja,” jelasnya melanjutkan.

Anto melanjutkan, insinerator plasma ini juga dapat digunakan pada insenerator skala kecil dan besar yang dapat ditempatkan ditingkat kelurahan atau kecamatan. Kapasitas insenerator kecil mampu membakar sampah dalam jumlah di bawah 5 ton per jam, sedangkan yang besar di atas 10 ton per jam.

“Bedanya hanya soal pemanfaatan. Pada insinerator kecil hasil pembakaran tak cukup untuk menghasilkan energi listrik. Sedangkan insinerator besar dapat menghasilkan listrik,” tambahnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengaku menyambut baik pengembangan teknologi insenerator bersih yang dikembangkan oleh LIPI tersebut. Namun, katanya, untuk melibatkan teknologi tersebut sebagai solusi permasalahan sampah di Jakarta, LIPI harus terlebih dahulu memberikan uji sampling dan surat keterangan pada Gubernur DKI terkait teknologi yang diklaim ramah lingkungan tersebut.

“Kita harus lihat hasil ujicobanya dulu atau LIPI bisa memberikan surat ke Gubernur, lalu presentasi. Setelah itu bisa ikut tender kita. Ini cukup bagus mengingat LIPI kan komponen dalam negeri,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top