Penanganan Sampah Perlu Dilihat Secara Menyeluruh

Reading time: 2 menit
penanganan sampah
Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan hanya dengan melihat sisi ekologis dan pencemarannya semata, namun ada sisi ekonomi yang juga harus dijadikan model pendekatan. Saat ini di Eropa, sistem ekonomi melingkar (Circular Economy) telah menjadi solusi penanganan sampah yang melibatkan banyak pihak.

Direktur Zero Waste Europe Joan Marc Simon mengatakan bahwa industri daur ulang mampu menjadi tonggak dalam penangan permasalahan sampah. Melalui model ekonomi melingkar, industri daur ulang telah menerapkan pemanfaatan ulang barang-barang bekas pakai dan mampu membantu pemerintah dalam mencegah pencemaran akibat limbah khususnya plastik yang sulit terurai dalam tanah.

“Penanganan sampah ini mudah saja mengukurnya. Jika recycling (daur ulang) menjadi perhatian utama, maka hukumnya jelas, daur ulang meningkat, maka land fill (area tempat pembuangan akhir) akan berkurang,” terangnya saat menyampaikan diskusi bertajuk Break Free From Plastic di Jakarta, Kamis (27/07).

BACA JUGA: Pendakian Massal 17 Agustus Jangan Sampai Tinggalkan Masalah Sampah

Namun, rencana penggunaan insenerator dan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah di tujuh kota di Indonesia tidak bisa dibilang mampu menjadi pendekatan dalam penanganan masalah sampah. Menurut Pengampanye Laut Greenpeace Indonesia, Arifsyah Nasution, 70 persen jenis sampah di Indonesia, khususnya di kota besar seperti Jakarta, adalah sampah basah atau organik yang justru akan membutuhkan banyak bahan bakar.

“Jenis sampah ini harusnya dijadikan kompos. Ini sudah jadi model yang bagus apabila sampah organik kita yang sangat banyak dijadikan kompos daripada dibakar,” kata Arifsyah.

BACA JUGA: Pengelolaan Sampah, KLHK: Kota Besar Masih Butuh Insenerator

Selain itu, kewajiban perusahaan dalam mengelola sampah yang dihasilkan dari produknya seperti tertuang dalam konsep penanganan sampah melalui program perluasan tanggung jawab produsen (Extended Producer Responsibility/EPR) harus benar-benar dilakukan. Konsep ini mengharuskan produsen untuk melakukan pengelolaan sampah dengan penggunaan bahan yang bisa didaur ulang hingga penarikan kembali sampah kemasan produk.

“Semua produsen, baik elektronik, produsen kemasan, atau apapun yang produknya menghasilkan sampah yang berbahaya dan merusak lingkungan sudah sewajibnya menjalankan konsep EPR ini,” tutup Von Hernandez Von Hernandez, koordinator dari Break Free From Plastic.

Penulis: Danny Kosasih

Top