Peneliti: Kadal Dapat Membantu Menjelaskan Dampak Iklim

Reading time: 3 menit
kadal
Kadal gurun Australia atau australian thorny devil dapat bertahan di lingkungan yang panas dan gersang. Foto: wikimedia commons

LONDON, 23 November 2017 – Para peneliti AS berpikir bahwa kadal dapat membantu mereka satu langkah lebih maju kepada mimpi lama, yaitu ‘tabel periodik’ untuk ekologi.

Saat wawasan yang dikemukakan oleh ahli kimia dari Rusia Dmitri Mendeleev saat ini berarti ahli kimia dapat mengerti lebih baik hubungan antara elemen dan memprediksi reaksi mereka, sebuah klasifikasi relung ekologi dapat membantu para ahli biologi lebih mengerti dampak perubahan iklim terhadap jutaan spesies di Bumi.

Proyek yang mungkin tidak akan pernah bisa diselesaikan, namun sebuah studi terbaru di The American Naturalist memperlihatkan bahwa hal tersebut baru saja dimulai.

Sebuah relung ekologi merupakan keterkaitan antara kondisi lingkungan hidup dan perilaku biologi yang berarti seekor serangga, amfibi, reptil, burung atau mamalia dispesialisasikan untuk memberikan yang terbaik dari hidup mereka yang singkat. Misalnya, tawon membutuhkan pohon ara untuk hidup, dan apabila ada 900 spesies pohon ara di planet, 900 spesies tawon pohon ara akan berevolusi untuk mengisi relung ekologi tersebut.

Para peneliti telah menemukan apa yang menjadikan suatu relung. Mereka memilih habitat, diet, sejarah kehidupan, metabolisme dan pertahanan, kemudian mencatatkan antara tujuh hingga 15 variable dari setiap elemen tersebut. Lalu, mereka mengumpulkan semua data yang bisa ditemukan terkait 134 spesies kadal di empat benua dari 24 famili kadal (total 38 famili kadal yang ada). Selanjutnya, mereka mulai memaksakan perintah untuk bahan-bahan mereka.

Mereka bisa melakukan hal tersebut karena meskipun kadal gurun Australia merupakan spesies yang terpisah dari kadal gurun di Afrika atau Amerika, mereka mencari makanan, hidup atau tidur pada waktu tertentu, reproduksi dan mengeksploitasi habitat mereka dengan cara yang sama. Tekanan evolusi berarti bahwa mereka telah berkumpul untuk mengisi relung ekologi yang serupa.

“Menyimpulkan ciri ekologi utama pada skema yang sederhana tersebut memudahkan para ahli untuk memprediksi bagaimana spesies beraksi terhadap kondisi lingkungan yang baru dan potensi spesies asing,” jelas Eric Pianka, ahli ilmu hewan dari Universitas Texas, di Austin yang memimpin studi tersebut.

“Hal tersebut akan menjelaskan bagaimana relung bisa berevolusi di masa lalu dan bahkan bagaimana mereka bisa berevolusi di masa depan, semua mempunyai pengaruh langsung terhadap dampak perubahan iklim.”

Perubahan iklim menghadirkan masalah bagi para ahli biologi: manusia tergantung kepada alam melalui segudang cara; tanaman, jamur, dan spesies hewan mendaur ulang air dan udara di dunia, mempertahankan curah hujan, menyerbuki tanaman, menumbuhkan buah-buahan dan biji untuk nutrisi dan bahan kimia untuk farmasi, dan pabrik untuk baju serta perumahan.

Mereka membuang kotoran dan limbah biologis dan setiap spesies di ekonomi yang rumit ini bertahan hidup karena mereka hidup dalam relung ekologi.

Risiko global

Namun, ekosistem yang mendukung jaringan tersebut kini sedang menghadapi risiko di mana-mana akibat perubahan iklim. Mereka mengalami kekacauan pada skala global dan pada level negara atau lingkungan laut.

Tanpa kerangka intelektual yang bisa mengidentifikasikan fitur di mana ekosistem dan relung ekologi dalam ekosistem tersebut, mungkin memiliki kesamaan, para ahli konservasi biologi tidak tahu dari mana harus memulai.

Apa yang mereka ketahui adalah konservasi merupakan vital dan mahkluk hidup di dunia menjadi lebih kuat karena mereka sangat banyak dan bervariasi. Namun penelitian lain yang berasal dari Swiss yang melibatkan 2.200 spesies di 450 lanskap yang berbeda telah mengkonfirmasi sekali lagi bahwa semakin kaya ragam kehidupan, semakin produktif lanskap tersebut dan semakin baik untuk bertahan melawan perubahan.

Saat ini, para peneliti dari Texas, Oklahoma, dan Argentina telah mengkonfirmasi hal tersebut dengan yang disebut sebagai “Hipervolume relung kadal”, kemungkinan kehidupan ekuivalen dengan tabel periodik yang memungkinkan adanya prediksi yang bisa dikonfirmasi melalui observasi atau uji coba, tidak hanya bagi kadal tapi juga famili lainya.

Relung yang terpisah

Kadal, seperti burung, hidup di pohon, bertelur dan memangsa serangga. Tidak seperti burung, mereka bergantung pada lingkungan untuk mempertahankan suhu tubuh, sehingga yang bisa menjadi pangan satu hari bagi burung bisa membuat kadal hidup selama sebulan.

Dengan demikian, burung dan kadal menempati relung ekologi yang terpisah. Para ahli ekologi memiliki struktur atau perancah yang bisa menempatkan spesimen hewan dan habitat ideal dan menganggapnya sebaga berelasi dengan relung ekologi lainnya.

Namun, para peneliti menekankan, sejauh ini hanya 2,2 persen dari kadal yang diketahui dimasukkan ke dalam analisa mereka dan lingkungan merupakan hal yang dinamis karena berubah seiring dengan waktu.

Banyak hal yang bisa dilakukan saat meneliti klad, grup organisme yang memiliki leluhur dan keturunan yang sama.

“Dengan banyak tabel periodik diciptakan,” tulis mereka, “analisa komparatif antara klad yang lebih berbeda (ikan-katak-salamander-kadal-ular-burung-mamalia) menjadi lebih mungkin, akhirnya akan menuju pada pemahaman tentang relung evolusi pada vertebrata.” – Climate News Network

Top