Peningkatan Suhu Mengancam Populasi Penguin di Kutub Utara

Reading time: 2 menit
populasi penguin
Penguin kaisar (Aptenodytes forsteri). Foto: wikimedia.org

London (Climatenewsnetwork) – Para peneliti mengungkapkan bahwa kenaikan temperatur di Benua Antartika dapat menyebabkan penurunan populasi penguin Adélie (Pygoscelis adelia) hingga dua pertiganya pada akhir abad ini.

Mereka memprediksi bahwa hampir sepertiga dari koloni penguin Adélie di benua Antartika akan hilang pada tahun 2060. Angka tersebut meningkat menjadi dua pertiga akan punah pada tahun 2099.

Dalam Scientific Reports journal, Megan Cimino, ahli biologi laut dari Universitas Delaware’s College of Earth, Ocean, and Environment beserta rekan-rekannya, menuliskan bahwa variasi iklim memiliki peran penting dalam populasi penguin Adélie. Sepanjang milenium, gletser bertambah tapi koloni berkurang.

Saat iklim di kutub selatan menghangat, penguin Adélie akan kembali ke sarang berbatu dan jumlah mereka akan meningkat. Berdasarkan penelitian dua tahun lalu, spesies ini jauh berkembang dari sebelumnya. Tetapi, tidak semua kabar baik, menurut penelitian tersebut.

“Baru pada dekade belakangan bahwa kita tahu populasi penguin Adélie menurun dan ada kaitannya dengan pemanasan, yang menunjukkan bahwa banyak daerah di Antartika terlalu hangat dan pemanasan lebih lanjut tidak lagi menjadi hal positif bagi spesies tersebut,” kata Dr Cimino.

Penguin Adélie mungkin saja masih bertahan dengan baik, untuk saat ini. Spesies lainnya, yang disebut sebagai predator karismatik dari Benua Antartika, justru mengalami ancaman. Salah satu report menyebutkan bahwa perpaduan antara pola perilaku dan perubahan iklim telah menempatkan tujuh spesies dari Eudyptes (penguin rokchopper dan penguin jambul) dalam bahaya.

Perubahan untuk waktu yang lama di Benua Antartika juga membahayakan bagi penguin kaisar dan penguin Magellanic yang berada di perairan Argentina karena meningkatnya curah hujan, yang berpotensi menenggelamkan bayi penguin yang masih rapuh dan hipertermia karena peningkatan temperatur.

“Penelitian semacam ini sangat penting karena membuat kita memberikan perhatian kepada spesies yang rentan terhadap perubahan”

Penelitian Delaware menggunakan data untuk bisa menunjukkan kelaikan habitat. Para peneliti juga melihat citra satelit dengan resolusi tinggi mulai dari tahun 1980 hingga 2010, dan menghitung langsung populasi pada saat musim kawin. Metode ini membantu mereka untuk mencari tahu di mana penguin Adélie berkembang biak dan bagaimana populasi mereka telah berubah selama satu dekade.

Mereka memulai dengan memperlihatkan bukti bahwa spesies tersebut telah berpindah dari Semenanjung Antartika Barat selama 6000 tahun dan sudah merasa nyaman di Antartika Utara dengan interval 14000 tahun dan Laut Ross selama 45000 tahun. Lalu, mereka akan menempatkan semua informasi tersebut ke dalam proyeksi perubahan dari Kutub Utara untuk memberikan perkiraan yang bisa terjadi antara tahun 2011 dan 2099. Para peneliti menemukan bahwa saat suhu permukaan laut menghangat, spesies tersebut tidak bisa berkembang biak : terjadi penurunan koloni sebesar 30 persen — yang menambahkan seperlima dari jumlah penguin Adélie — pada tahun 2060 dan 60 persen saat akhir abad.

Semenanjung Antartika Barat adalah salah satu daerah yang cepat memanas di bumi ini. Koloni penguin di daerah tersebut pun mengalami penurunan secara dramatis.

Meski demikian, tidak berarti punahnya spesies. Antartika sangat luas dan penuh es. Dan, meski bukti menunjukkan bahwa lautan es dan gletser mencair dalam kecepatan lambat dan tidak jauh dari daratan, penguin Adélie masih mempunyai tempat.

Dr Cimino mengatakan : “Tanjung Adare di Laut Ross merupakan habitat pertama penguin dan sarang penguin Adélie terbesar di dunia. Meskipun iklim menghangat, sepertinya bisa menjadi tempat berlindung di masa depan. Apabila melihat waktu geologis, ada kemungkinan juga tempat berlindung di masa lalu.”

“Penelitian semacam ini sangat penting karena membuat kita bisa memberikan perhatian kepada spesies yang rentan terhadap perubahan. Hasilnya dapat digunakan untuk tata kelola habitat mereka yang akan berdampak kepada proses ekosistem serta kelangsungan spesies lainnya yang tinggal di area tersebut.”  – Climate News Network

Top