Penyelam Juga Harus Berkontribusi dalam Konservasi Laut

Reading time: 2 menit
konservasi laut
Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Kawasan konservasi laut di Indonesia menarik minat banyak penikmat wisata selam. Untuk itu, penyelam yang berkunjung diingatkan agar berkontribusi dalam upaya-upaya konservasi laut. Menurut instruktur selam dari Conservation Diving Club Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Yohanes Budoyo, hingga saat ini, ada tujuh taman nasional laut yang memiliki keindahan bawah laut dengan keunikan masing-masing sehingga menarik banyak peminat wisata selam.

Taman Nasional laut itu adalah TN Kepulauan Seribu, TN Karimun Jawa, TN Wakatobi, TN Takabonerate, TN Kepulauan Togean, TN Bunaken, dan TN Teluk Cendrawasih.

“Penyelam yang berkunjung ke sana harus menjunjung etika menyelam dan ikut menjaga kawasan konservasi,” ujar Yohanes saat mengisi talkshow di Deep Extreme Indonesia 2017, Jakarta, Sabtu (01/04).

BACA JUGA: KKP Libatkan Nelayan Capai Target Kawasan Konservasi Laut 2020

Etika menyelam tersebut diantaranya adalah selalu meningkatkan kemampuan menyelam sehingga aktivitas yang dilakukan tidak merusak terumbu karang. Penyelam juga diminta untuk tidak menyentuh biota laut yang ada. “Pilih juga operator selam yang ramah lingkungan. Hal penting lain adalah tidak membuang sampah,” kata pria yang akrab disapa Om Yo ini.

Petugas dari Taman Nasional Takabonerate, Sulawesi selatan, Ronald, mengungkapkan, pihaknya telah menawarkan setiap penyelam yang berkunjung untuk mengikuti berbagai kegiatan konservasi seperti transplantasi karang dan menanam pohon. Penyelam yang datang ke TN Takabonerate, katanya, juga dilarang untuk menggunakan sarung tangan.

“Pasalnya, pengguna sarung tangan cenderung berniat untuk menyentuh terumbu karang dan biota laut lainnya,” tambah Ronald.

BACA JUGA: Susi: KKP Akan Perhatikan Masalah Sampah Plastik di Laut dan Pesisir

Giri Andono, pengelola Mazu Diver dan operator selam di Taman Nasional Kepulauan Seribu mengungkapkan pihaknya mewajibkan setiap peserta untuk membawa kantong jaring untuk memungut sampah di bawah laut saat melakukan penyelaman. Selain itu, dengan dukungan dari Balai TN Kepulauan Seribu, pihaknya bekerjasama dengan masyarakat setempat juga membuat zonasi penyelaman.

“Zona ini tertutup sebagai lokasi penangkapan ikan sehingga wisata selam bisa terus berkelanjutan. Karena wisata selam yang berkembang akan memberi dampak positif juga bagi perekonomian masyarakat,” kata Giri Andono.

Penulis: Danny Kosasih

Top