Pertanian Berdaya Surya Tawarkan Bonus bagi Tanaman Tropis

Reading time: 2 menit
pertanian berdaya surya
Lahan dengan panel surya. Foto: pixabay.com

London, 17 Juli 2016 − Dengan memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik, lahan pertanian yang menggunakan tenaga surya juga dapat berkontribusi kepada lingkungan, mengubah suhu dan keanekaragaman hayati.

Kontribusi yang berdampak pada produktivitas tanah dan pasokan pangan menjadi semakin meningkat karena banyaknya lahan pertanian berdaya surya yang sedang atau telah dibangun.

Berdasarkan penelitian dengan suhu rata-rata di Inggris menunjukkan bahwa suhu di bawah panel surya berkurang hingga 5°C. Kondisi ini mungkin tidak cocok untuk penyemaian tanaman di iklim yang dingin, tetapi ini bisa diterapkan pada iklim yang lebih panas dan menyerupai gurun, dimana terlalu banyak cahaya matahari dan panas dapat mematikan tanaman.

Seperti di publikasikan dalam Environment Research Letters, penelitian ini dilakukan di lahan pertanian berdaya surya di Swindon, selatan Inggris, oleh para peneliti dari Lancaster University dan Centre for Ecology and Hydrology.

Memanfaatkan Microclimate

Para peneliti percaya bahwa temuan ini dapat membantu daerah-daerah dengan pertanian berdaya surya memeroleh keuntungan dengan memanfaatkan iklim mikro (microclimate) untuk bercocok tanam dalam kondisi yang lebih dingin dan teduh.

Dr Alona Armstrong, peneliti karbon terestrial dari Universitas Lancaster, mengatakan bahwa pemahaman akan dampak iklim dari lahan pertanian berdaya surya akan membuat para petani dapat memilih tanaman yang akan ditanam dan cara yang tepat untuk menggarapnya. “Ada potensi untuk memaksimalkan keanekaragaman hayati dan meningkatkan produksi,” katanya.

Hal ini menjadi sangat penting karena panel surya membutuhkan areal lebih setiap unitnya ketimbang dengan sumber-sumber konvensional lainnya.

Dr Armstrong mengatakan, “Sebelum studi ini, kita tidak mengerti sejauh mana panel surya dapat memengaruhi iklim dan ekosistem. Pemahaman ini baru muncul saat diaplikasikan di daerah-daerah dengan sinar matahari berlimpah tetapi kekurangan air.”

“Tempat teduh di bagian bawah panel memungkinkan tanaman yang tidak bisa bertahan dengan sinar matahari penuh justru dapat tumbuh. Kehilangan air juga bisa dikurangi dan air bisa dialirkan melalui permukaan luas dari panel surya dan digunakan sebagai jalur irigasi.”

Para peneliti mengukur suhu, kecepatan angin, kelembaban, karbon tanah, keanekaragaman hayati dan lainnya yang berada di bagian bawah panel surya, di antara masing-masing panel, dan area kontrol tidak jauh dari lahan pertanian.

Mereka menemukan bahwa suhu di bawah panel rata-rata 5.2°C lebih rendah di musim panas karena ada peneduh. Selain itu, perbedaan antara suhu malam dan siang hari tidak terlalu berbeda. Tanah juga lebih kering yang berujung pada lebih sedikit vegetasi dan spesies, dan didominasi oleh rumput.

Keanekaragaman Hayati

Sementara itu, area di antara panel banyak dihuni oleh spesies yang lebih beragam terutama saat suhu hangat di musim panas, meskipun tanah lebih dingin daripada area kontrol di musim salju.

Suhu lebih dingin antara panel, dibandingkan dengan areal yang lebih terbuka, mencapai 1.7°C. Hal ini mengejutkan para peneliti. Teori yang diajukan adalah area di antara panel lebih terlindungi di musim dingin karena sudut rendah dari matahari. Hal ini tidak terjadi di areal kontrol.

Perlu ada penelitian lebih lanjut terkait dengan keuntungan lahan pertanian berdaya surya mengingat keterbatasan lahan pertanian. Penelitian ini perlu dilakukan di banyak tempat karena radiasi dan suhu di Inggris sangat berbeda satu dengan lainnya.

Semakin tinggi keuntungan dan biaya lingkungan dari pertanian berdaya surya skala besar perlu dievaluasi kemungkinan adanya “keuntungan tambahan”. Misalnya, ada potensi untuk tanaman baru bisa tumbuh di bawah panel yang teduh, di iklim yang panas. – Climate News Network

Top