Trembesi untuk Serap Jutaan Ton CO2

Reading time: 2 menit
trembesi
Trembesi. Foto: Djarum Foundation

Ambarawa (Greeners) – Trembesi yang dijuluki Ki Hujan atau Rain Tree adalah pohon berkanopi seperti payung yang memiliki ukuran daun tidak lebih dari ukuran koin seratus rupiah. Meski demikian, pohon ini paling unggul dalam menyerap gas CO2 dan juga bisa menurunkan suhu udara di sekitarnya hingga 4 derajat Celcius.

Karena kemampuan tersebut, Djarum Foundation melalui program Djarum Trees For Life memilih trembesi untuk ditanam di berbagai tempat di Indonesia sejak tahun 2010 silam. Dengan wilayah penanaman yang kini sudah mencapai lebih dari 2.150 kilometer, trembesi yang telah ditanam diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan dengan menyerap lebih dari 2,7 juta ton CO2 setiap tahunnya.

“Trembesi adalah pengikat karbondioksida yang paling kuat di antara tumbuhan yang lain serta yang paling bagus untuk lingkungan. Seperti penanaman trembesi yang dilakukan di jalan raya Merak sampai Banyuwangi dengan cuaca yang sangat gersang, lalu penanaman yang dilakukan di pinggir pantai Madura,” ujar Vice President Director Djarum Foundation, FX Supanji, saat ditemui dalam acara seremoni Djarum Trees for Life (DTFL) – Menanam Trembesi 261 KM Joglosemar, di Lapangan Jenderal Sudirman, Ambarawa, Jawa Tengah, Rabu (09/05/2018).

BACA JUGA: Kaltim Siapkan Strategi Pengendalian Perubahan Iklim

Supanji mengatakan, trembesi yang ditanam pada program ini dibudidayakan di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) yang didirikan dan dikelola oleh Djarum Foundation sejak tahun 1979. Berpusat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, fasilitas ini melakukan pembibitan untuk tanaman konservasi baik buah maupun non buah seperti trembesi, kenari, mahoni, asem, dan randualas. Tidak hanya itu, pusat pembibitan ini juga melakukan pembibitan beragam tanaman langka dari berbagai daerah.

Selain penghijauan di jalur tepi infrastruktur jalan, DTFL turut memberikan perhatian terhadap upaya pelestarian ekosistem alam yang berada di wilayah program tersebut. Di Ambarawa sendiri, upaya pelestarian ini dilakukan di sekitar Danau Rawa Pening yang merupakan salah satu danau alam dengan luas mencapai 2.670 hektare.

Supanji menyatakan, upaya pelestarian ini menjadi penting mengingat Danau Rawa Pening merupakan satu dari 15 danau yang masuk ke dalam prioritas pemulihan kerusakan danau di Indonesia berdasarkan Kesepakatan Bali tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan.

“Untuk pelestarian di area Danau Rawa Pening tersebut, Djarum Foundation berkoordinasi dengan komunitas pegiat lingkungan dan pemerintah setempat mengenai bentuk penghijauan yang sesuai dengan ekosistem alamiah danau tersebut. Salah satu hal yang mendesak adalah perlunya mengembalikan dan meningkatkan tanaman konservasi air yang mampu menyimpan dan mendekatkan air ke permukaan tanah,” katanya.

BACA JUGA: Pemerintah Susun Perpres Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon

Djarum Foundation memberikan bantuan berupa 1.000 pohon trembesi dan 1.000 pohon gayam untuk ditanam di areal Danau Rawa Pening. Penanaman ini akan dilakukan secara bertahap oleh 35 komunitas pegiat lingkungan di Rawa Pening. Pohon Gayam atau Inocarpus fagifer, yang termasuk dalam famili Fabaceae, merupakan jenis tanaman konservasi air. Tidak hanya mampu menyuburkan tanah, dengan budidaya vegetasi pohon gayam diharapkan mampu menjaga ketersediaan dan keberadaan air dalam jangka panjang.

“Kurang lebih 100.000 bibit diproduksi oleh PT Djarum Foundation setiap tahunnya. Djarum Trees For Life tidak akan berhenti menjaga komitmen ini, demi terwujudnya negeri nyaman dan lestari serta kualitas hidup yang lebih baik, untuk kita dan anak cucu nanti,” tutup Supanji.

Penulis: Dewi Purningsih

Top