Tri Rismaharini Sambut Tim Jelajah Bhumi di Balaikota Surabaya

Reading time: 3 menit
jelajah bhumi
Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama tim Jelajah Bhumi di Kantor Balaikota Surabaya, Minggu (29/04/2018). Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Surabaya (Greeners) – Tim Jelajah Bhumi berhasil menyelesaikan perjalanan 1.000 kilometer yang dimulai dari Jakarta hingga kota Surabaya kemarin dan pagi ini, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyambut mereka di Kantor Balaikota Surabaya. Risma mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada 8 pesepeda yang telah berjuang membawa pesan lingkungan dalam gerakan Jaga Bhumi.

“Saya ingin mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta Jelajah Bhumi yang bersepeda dari Jakarta hingga ke kota kita tercinta, Surabaya. Selamat datang di kota kami tercinta Surabaya!” kata Risma di depan para peserta Jaga Bhumi Festival – Fun Walk di Balaikota Surabaya, Minggu (29/04/2018).

Menurut Risma, misi dari tim Jelajah Bhumi ini adalah untuk menggalakan gerakan untuk menjaga bumi pertiwi Indonesia dari ancaman-ancaman dampak lingkungan yang sebetulnya bisa dicegah secara langsung.

“Saya berharap, khususnya warga Surabaya, bisa merespon kedatangan dari tim Jelajah Bhumi agar menggunakan kembali sepeda untuk menjaga kualitas lingkungan kita. Itu pesan yang terpenting dan semoga pesannya juga sampai ke benak masyarakat bahwa menjaga lingkungan sangatlah penting,” kata Risma.

BACA JUGA: Kebun Raya Mangrove Pertama di Dunia akan Dibangun di Surabaya

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan bersepeda, dampak global warming yang diakibatkan dari polusi dapat dikurangi. Dampak pemanasan global ini pun sudah dirasakan Indonesia dengan perubahan musim yang semakin sulit diprediksi dan menyulitkan petani menanam tanaman pangan yang sesuai dengan kondisi cuaca.

“Perlu dicermati juga untuk menjaga permukaan laut di bumi. Jika tidak, kota-kota yang ada di tepi laut termasuk Surabaya bisa tenggelam karena semakin lama air akan semakin tinggi akibat dari dampak pemanasan bumi yang menyebabkan daerah Kutub mencair,” ujar Risma.

Tidak hanya membawa pesan lingkungan, tim Jelajah Bhumi juga membawa spanduk yang berisikan tanda tangan dari orang-orang untuk mendukung pembangunan Kebun Raya Mangrove pertama di dunia di Surabaya.

jelajah bhumi

Delapan pesepeda Jelajah Bhumi membentangkan kain sepanjang 10 meter berisi tanda tangan dari masyarakat dan anggota komunitas untuk upaya pelestarian lingkungan. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Wakil Ketua II Yayasan Kebun Raya Indonesia Alexander Sonny Keraf mengatakan, tanda tangan yang ada di spanduk ini memperlihatkan bahwa ada banyak orang yang mendukung kegiatan Jaga Bhumi sepanjang perjalanan tim Jelajah Bhumi dari Jakarta sampai ke Surabaya.

“Mereka yang memberikan tanda tangan sangat mendukung pembangunan Kebun Raya Mangrove pertama di dunia di Surabaya dengan kepedulian yang menjadi mimpi dari gerakan Jaga Bhumi. Masyarakat menyadari betapa bumi ini terancam dengan banyaknya antusiasme dukungan yang diberikan kepada kami,” ucap Sonny.

Sebagai tuan rumah yang menjadi lokasi pembangunan Kebun Raya Mangrove, Risma mengatakan suatu saat beberapa puluh tahun mendatang mangrove akan menjadi salah satu andalan di dunia untuk menjadi paru-paru dunia dan kelestarian kelautan.

“Saat ini semua kota berlomba-lomba untuk menjadi water front city untuk menyelamatkan kawasan-kawasan pesisir dan menyelamatkan keberadaan ikan dan binatang-binatang laut, oleh karena itu Surabaya mendeklarasikan hutan mangrove yang menjadi pengabdian dan pengorbanan untuk mendedikasikan wilayahnya menjadi salah satu paru-paru di dunia dan menjadi warisan anak cucu kita nantinya,” kata Risma.

BACA JUGA: Menyaksikan Tumbuhan Dataran Rendah Kering di Kebun Raya Purwodadi

Salah satu pesepeda Jelajah Bhumi, Meilana Dukut Elisdiarto mengatakan, dirinya berharap pesan positif yang dibawa Jelajah Bhumi bisa ditularkan ke komunitas dan masyarakat. Apalagi di beberapa etape Tim Jelajah Bhumi mengunjungi kebun raya dan sekolah-sekolah.

“Kami para pesepeda juga belajar akan ilmu lingkungan hidup. Mungkin kami tahu tapi hanya secara umum saja tidak mendalam seperti konservasi, pendidikan lingkungan, dan penelitian,” ujar Dukut.

Dukut melanjutkan bahwa ia juga bangga bisa mengayuh sepedanya bersama-sama dengan tujuh pesepeda lainnya, yaitu Krisna Dewi, Trilara Prsetia Rina, Siti Maemunah, Dhetoris Dewi Shinta, Dadan Sujana, Maulana Luqman dan Hamka Turnip sejauh 1.000 kilometer.

Penulis: Dewi Purningsih

Top