Bintaro, Dibalik Racunnya Tersimpan Potensi Biofuel

Reading time: 2 menit
cerbera
Bintaro (Cerbera manghas). Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi (Indonesia Wildlife Photography)

Sebagian besar dari kita mungkin tak tahu, kawasan Bintaro dinamai dengan nama sebuah pohon, yaitu pohon bintaro. Ini dikarenakan dahulu kawasan yang terletak di perbatasan Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan tersebut banyak dijumpai pohon bintaro yang ditanam sebagai tanaman peneduh.

Bintaro (Cerbera manghas) sering juga disebut kayu gurita, babuto, buta badak atau mangga laut, sementara orang barat mengenal tanaman bintaro dengan nama sea mango. Tanaman ini tumbuh, berkembang dan tersebar luas di kawasan tropis, Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan sebelah barat Samudra Pasifik, termasuk Indonesia. Nama genus Cerbera sendiri berasal dari kandungan racun yang terdapat pada seluruh bagian tanaman bintaro, yaitu Cerberin.

Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun dapat menyebabkan keracunan.

Habitat asli tanaman yang sering dimanfaatkan untuk penghijauan ini adalah di daerah pantai dan hutan bakau. Tinggi batangnya berkisar antara 4 meter sampai 6 meter, tetapi ada juga yang dapat mencapai 12 meter. Bentuk daunnya memanjang, simetris, dan berwarna hijau tua. Pada bagian bunganya terdapat mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda. Bunga ini menimbulkan aroma yang wangi. Buah bintaro ketika masih muda warnanya hijau, berbentuk bulat telur, mengilap dan ketika matang, warnanya berubah menjadi merah cerah.

cerbera

Bintaro (Cerbera manghas). Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi (Indonesia Wildlife Photography)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Terdapat kandungan minyak antara 35-50% dalam bijinya dan akan bertambah banyak dalam kondisi kering. Kadar minyaknya ternyata melebihi biji jarak. Jenis minyak yang dihasilkan diantaranya adalah asam linoleat (16,7%), asam oleat (54,3%), asam stearat (6,9%), dan asam palmitat (22,1%).

Sekarang pohon bintaro banyak ditanam untuk penghijauan karena mampu menyerap karbondioksida (CO2) dengan baik. Tetapi penanaman pohon bintaro sebagai peneduh kota perlu dipertimbangkan kembali, mengingat banyak masyarakat umum yang tidak mengetahui adanya bahaya racun yang terkandung pada getah bunga dan buahnya.

Buah bintaro bahkan dapat digunakan untuk mengusir tikus. Cukup meletakkan buah bintaro yang masih muda dan baru dipetik di sudut ruangan atau tempat yang biasa didatangi tikus. Selama buah bintaro belum layu, tikus tidak akan berani mendekat di sekitar area tersebut.

Namun dibalik racun yang terkandung di dalamnya, biji dari pohon bintaro dapat diekstrak menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif (biofuel). Salah satu penelitian mengenai biofuel dari biji bintaro dilakukan oleh tim peneliti dari Insitut Pertanian Bogor yang dipimpin Profesor Budi Indra Setiawan pada tahun 2010 silam di Teluk Meranti, Pekanbaru.

cerbera

Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography

Top