Gelatik Jawa, Si Mungil yang Gemar Bergerilya di Ladang

Reading time: 3 menit
gelatik jawa
Gelatik Jawa (Padda oryzivora). Foto: pixabay.com

Keanekaragaman jenis burung di Indonesia sangatlah tinggi. Sekitar 1.712 jenis burung tercatat hidup di Indonesia dan sebanyak 493 jenis burung di Indonesia dikategorikan sebagai jenis endemik. Meskipun Indonesia memiliki banyak ragam jenis burung yang unik, akan tetapi negara ini memegang daftar panjang jenis burung yang terancam kepunahan (Birdlife International 2017).

Salah satu dari jenis burung yang menyandang status Rentan (Vulnerable/VU) oleh IUCN Redlist adalah jenis burung Gelatik Jawa. Gelatik jawa merupakan burung dari famili Estrildidae yaitu salah satu famili yang sangat besar dan tersebar di Australia, Asia, Afrika, dan Eropa, dimana mereka menyukai lahan pertanian, pekarangan rumah, dan wilayah perkotaan.

Gelatik jawa pertama kali ditemukan oleh Linnaeus pada tahun 1758 dan diberi nama ilmiah Loxia oryzivora. Namun, sejalan dengan kemajuan dalam taksonomi burung, nama ilmiah tersebut diganti menjadi Padda oryzivora. Sementara itu, gelatik jawa di Inggris dikenal dengan nama Java sparrow dan di Belanda dikenal dengan sebutan rijstuogel (Wahyu et al., 2001).

Secara bentuk fisik gelatik jawa memiliki ciri khas yang menonjol. Ukurannya kecil, dengan panjang 15 cm berekor pendek, dan mempunyai paruh tebal-pendek yang berguna untuk memakan biji. Burung gelatik jawa yang masih muda umumnya berwarna cokelat, sedangkan untuk burung gelatik dewasa mempunyai ciri-ciri yaitu bulu berwarna abu-abu, perut berwarna cokelat kemerahan, kaki merah muda dan lingkaran merah di sekitar matanya.

Biasanya gelatik jawa termasuk burung yang berpasangan. Namun sangat sulit untuk membedakan jenis burung gelatik jantan dan betina (monoformik), karena mereka memiliki bentuk yang hampir serupa. Dari sumber informasi yang didapat, cara umum untuk membedakan jenis kelamin gelatik jantan dan betina adalah berdasarkan postur tubuh dan suara kicauannya. Burung gelatik jantan cenderung lebih besar dibandingkan jenis betinanya, sedangkan untuk suara kicauannya burung gelatik jawa jantan lebih bervariasi dibanding kicauan gelatik jawa betina yang lebih monoton.

gelatik jawa

Gelatik Jawa (Padda oryzivora). Foto: pixabay.com

Gelatik termasuk kelompok burung granivora karena makanan utamanya adalah biji tanaman dari family Graminae terutama padi (Oryza sativa L.). Selain padi, makanan burung gelatik adalah biji sorgum (Andropogon sorgum Brot.), biji bambu (Bambusa spp.), biji kerasi atau tembelekan (Lantana camara L.), biji glagah (Saccharum spontaneum L.) dan biji bayam (Amaranthus spp.).

Burung gelatik sering bergabung menjadi kelompok besar pada kebun tebu atau pohon tinggi dan menyerbu ladang jagung atau areal persawahan. Burung gelatik mendirikan sarangnya di cabang-cabang pohon ataupun di bawah atap rumah. Sarangnya terbuat dari rumput-rumput kering. Hal unik dari gelatik ini adalah, saat berebut tempat sarang mereka akan menggoyangkan badan dengan gerakan yang bisa dibilang rumit.

Meskipun terbilang hama yang mengganggu para petani, namun sebuah filosofi mengibaratkan burung gelatik sebagai burung yang memiliki sifat sosial yang tinggi antara sesamanya dan juga dengan jenis burung yang lain seperti jenis burung bondol, tekukur dan burung gereja.

Gelatik jawa menempati urutan kedua setelah Bondol (Lonchura spp.) dari lima belas jenis burung ocehan Indonesia yang paling diminati di pasar internasional (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Akibatnya, sejak 10 tahun terakhir jumlah ekspor burung tersebut diperkirakan menurun bersamaan dengan menurunnya populasi gelatik jawa di alam (Surata 2000). Disinyalir burung ini hampir menghilang dari habitat alamnya di Jawa dan Bali (Balen, 1997) dan pada tahun 2001 diperoleh petunjuk bahwa gelatik jawa hanya terkonsentrasi di lokasi-lokasi tertentu dengan populasi sangat kecil (Muchtar dan Pupung, 2001).

Birdlife International mengidentifikasi bahwa populasi gelatik jawa terkonsentrasi di wilayah timur dan barat pulau Jawa, yaitu Ujung Kulon, Rawa Danau, Gunung Halimun, Gunung Gede Pangrango, Meru Betiri, dan Baluran. Populasi gelatik jawa di bagian tengah pulau Jawa terkonsentrasi di kompleks Candi Prambanan,Yogyakarta, Sleman, dan Gunung Kidul (Dono, 2002). Sedangkan di Pulau Bali burung ini terkonsentrasi di Bali bagian barat (Balen, 1984; 1997).

Beberapa penelitian tentang ancaman terhadap spesies ini dan kondisi populasinya telah banyak dilakukan, antara lain penurunan populasi dan sebarannya yang semakin terbatas di alam (Surata 2000; Muchtar dan Nurwatha 2001). Faktor yang menyebabkan menurunnya populasi gelatik jawa antara lain semakin menyempitnya habitat akibat penggunaan lahan dan kerusakan oleh manusia, meningkatnya penggunaan pestisida di lahan pertanian, serta besarnya penangkapan terhadap spesies ini yang dilakukan untuk orientasi bisnis.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top