Ironi Bondol Peking

Reading time: 2 menit
Burung bondol peking (Lonchura punctulata). Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi

Burung bondol peking (Lonchura punctulata) dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Scaly-Breasted Munia atau biasa disebut burung emprit, merupakan jenis burung yang dapat dijumpai di Sunda besar (Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali), Nusa Tenggara dan Sulawesi. Di Pulau Jawa, khususnya Jakarta, burung emprit sangat umum dijumpai. Hal ini dikarenakan populasinya masih sangat tinggi.

Bondol peking memiliki tubuh berwarna coklat, iris coklat, paruh kecil dan tebal berwarna abu-abu kebiruan. Bagian tenggorokan burung ini berwarna coklat kemerahan, tubuh bagian bawahnya berwarna putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh. Tungging berwarna putih dan kaki berwarna hitam abu-abu.

Burung bondol peking dapat ditemukan di lahan pertanian, padang rumput, kebun, semak, dan daerah sekitar perumahan yang masih banyak pepohonan. Burung ini mencari makan secara berkelompok baik dalam kelompok kecil (2-4 individu) maupun kelompok besar di atas tanah, memakan biji dan bulir rumput atau padi.

Burung bondol peking yang bulunya sudah diwarnai. Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi

Burung bondol peking yang bulunya sudah diwarnai. Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi

Jumlah bondol peking di alam lebih melimpah bila dibandingkan dengan burung bondol lainnya, seperti bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) dan bondol haji (Lonchura maja). Namun, burung ini sering terlihat berbaur dengan jenis burung bondol lainnya. Di Ibu Kota, burung ini dapat ditemukan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) DKI Jakarta, seperti di Taman Tanjung, Jakarta Selatan dan Ocean Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.

Bondol peking bukan termasuk burung hias, namun ada saja yang menangkap burung bertubuh kecil ini untuk dijual sebagai mainan anak-anak. Sebelum dijual, bulu burung ini diwarnai dengan cat warna-warni seperti warna merah muda, hijau, dan kuning. Burung bondol peking, bondol jawa, dan bondol haji biasanya dijual dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 2.000 kepada anak-anak.

Sangat disayangkan jika burung ini diwarnai dan kakinya diikat hanya untuk menyenangkan hati anak-anak. Alangkah baiknya jika burung ini tetap dibiarkan bebas hidup di alam sehingga populasi dan ekosistem tetap terjaga.

Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography

Top