Jamur Marasmius sp., Seperti Lentera Dalam Gelap

Reading time: 2 menit
Jamur Marasmius sp. memiliki kemampuan bioluminesensi atau dapat menyala dalam gelap. Terlihat dalam foto jamur Marasmius sp mengeluarkan sinar berwarna hijau saat berada dalam gelap. Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi

Kunang-kunang merupakan makhluk hidup yang unik. Serangga ini unik karena tubuhnya dapat mengeluarkan cahaya. Selain kunang-kunang, ternyata ada juga makhluk hidup yang dapat mengeluarkan cahaya secara alami, seperti jamur Marasmius sp.

Marasmius sp. memiliki stuktur tubuh berbentuk lembaran, berwarna putih dan memiliki ukuran sekitar 5 cm. Jamur ini masuk dalam kelas Basiodmiycetes karena memiliki ciri, yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, dan memiliki hifa yang bersekat serta memiliki kemampaun mendegradasi lignin secara efisien.

Meski terlihat seperti jamur pada umumnya, namun jamur Marasmius sp. dapat menyala dalam gelap. Fenomena ini disebut dengan bioluminesensi. Jamur Marasmius sp. akan terlihat menyala di malam hari atau di tempat gelap. Jamur yang dapat menyala ini tergolong jamur yang langka dan biasanya hanya dapat ditemukan di dalam hutan di wilayah tertentu.

Jamur Marasmius sp. hanya terdapat di daerah tertentu. Di Indonesia, jamur ini dapat ditemukan di kawasan Cilintang, Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi

Jamur Marasmius sp. hanya terdapat di daerah tertentu. Di Indonesia, jamur ini dapat ditemukan di kawasan Cilintang, Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi

Marasmius sp. bersinar mengeluarkan cahaya warna hijau karena mengalami proses kimia. Kemampuan bioluminesensi itu adalah strategi jamur Marasmius sp. untuk menarik serangga sehingga dapat menyebarkan sporanya untuk berkembang biak. Di hutan hujan tropis yang jarang ada angin, keberadaan serangga sangat berguna bagi jamur untuk menyebarkan sporanya seperti di kawasan Cilintang, Taman Nasional Ujung Kulon.

Marasmius sp. termasuk kedalam jamur pelapuk putih yang tumbuh baik pada suhu 300 Celcius dengan kelembapan 60-70% pada suasana aerob (memerlukan oksigen) dan memiliki karakteristik penghasil enzim ekstraseluler phenoloksidase, yaitu enzim yang terlibat dalam proses biodegradasi lignin. Diduga enzim ini dapat memecah ikatan lignin dengan karbohidrat dan ikatan lignin dengan protein pada bungkil inti sawit sehingga bungkil inti sawit tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam.

Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography

Top