Keben, Kerabat Mangrove dengan Buah Unik

Reading time: 3 menit
keben
Pohon keben (Barringtonia asiatica Kurz). Foto: wikimedia

Wilayah pesisir Indonesia sangat terkenal ditumbuhi dengan berbagai jenis flora, salah satunya adalah tumbuhan Barringtonia asiatica Kurz, atau dalam penamaan lokal bernama keben. Tumbuhan ini tumbuh subur di daerah pesisir Asia tropis dan Pasifik serta memiliki bentuk buah yang unik.

Buah keben berbentuk stupa, bersegi empat atau lima terbalik. Bagian ujung agak lancip menghadap ke bawah dan bagian yang besar bersegi empat menghadap ke atas. Buah yang masih muda berwarna hijau, setelah tua akan berwarna coklat serta memiliki rasa yang sepat.

Buah keben biasa tumbuh di ujung tangkai. Kulit buah halus dan licin. Kulit bagian dalam berserabut keras menyerupai serabut kelapa. Dalam satu buah terdapat satu biji yang terletak di bagian tengah, berukuran lebar 2-3 cm dan tinggi 3-5 cm. Tanaman keben tahan hingga temperatur 29-35°C serta toleran terhadap perubahan iklim (Onisimus, 2003).

Keben tergolong tanaman umur panjang dan termasuk famili Lecythidiaceae. Keben merupakan tumbuhan asli ekosistem flora Indonesia. Mereka tumbuh di sepanjang pantai dan ekosistem darat sampai dataran tinggi. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 7-50 m.

Habitat tumbuhan keben merupakan kawasan litoral (pesisir) yang hampir ekslusif, pada beberapa daerah pohonnya dapat tumbuh jauh ke daratan seperti bukit atau jurang berkapur. Biasanya tumbuh pada pantai berpasir atau koral pasir, disepanjang pantai atau rawa mangrove pada ketinggian 0-350 m di atas permukaan laut (Tan 2001). Tumbuhan ini juga tergolong jenis tumbuhan mangrove yang tumbuh di tepi pantai.

keben

Buah dan bunga keben. Foto: wikimedia

Di Indonesia, tanaman ini mempunyai banyak nama diantaranya butun (Sunda), kebena (Jawa), bitung (Sulawesi Utara), kebena-kebena (Bali), utong (Alor) dan maliou (Papua) (Septiarusli 2012). Menurut pangkalan data keanekaragaman hayati Indonesia (Prohati dalam Septiarusli 2012), secara morfologi keben adalah pohon yang tumbuh tegak dengan batang tampak bekas tempelan daun yang besar.

Berdasarkan beberapa sumber kajian ilmiah, keben memiliki daun lonjong membulat telur sungsang. Perbungaannya berbentuk tandan dan letaknya berada diujung, jarang di ketiak, kelopak bunganya hijau seperti tabung panjang, daun mahkotanya berwarna putih, menjorong, benang sari memerah di ujung, putik memerah diujungnya.

Disamping morfologinya yang unik, tumbuhan ini kaya akan khasiat. Kandungan kimia yang terkandung pada tanaman keben, antara lain alkaloid, steroid, triterpenoid, tanin, saponin dan flavonoid pada biji dan buahnya. Daunnya mengandung senyawa triterpenoid, alkaloid, flavonoid, likopin dan tanin. Kulit kayunya mengandung senyawa tanin dan saponin.

Keben banyak digunakan sebagai obat-obatan tradisional. Beberapa manfaat dari buahnya adalah sebagai obat sakit perut, obat rematik, dan dapat pula menjadi obat luka dengan cara memarut biji buahnya kemudian diletakkan pada daerah yang terluka. Buah ini juga biasanya digunakan sebagai racun ikan karena buah ini mengandung senyawa aktif yaitu saponin yang dapat menyebabkan ikan keracunan (Tan, 2002; EEBG, 2006).

Pohon keben juga disebut sebagai pohon perdamaian setelah presiden Soeharto menetapkannya pada Hari Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni 1986 silam. Di tahun itu, Hari Lingkungan Hidup mengambil tema “A Tree for Peace”. Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto kemudian menanam tanaman ini di halaman Istana Negara dan pohonnya masih dirawat sampai sekarang.

Di lingkungan Keraton Yogyakarta, pohon ini juga memiliki nilai filosofi tersendiri. Dikutip dari situs kehati.jogjaprov.go.id disebutkan bahwa keben berasal dari kata “Hangrungkebi jejering bebener” yang berarti merangkul kebenaran. Pohon keben melambangkan bahwa manusia harus selalu menjunjung tinggi kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.

keben

Penulis: Sarah R. Megumi

Top