Macaca Pagensis, Primata Langka dari Mentawai

Reading time: 3 menit
macaca pagensis
Beruk Mentawai (Macaca pagensis). Foto: wikemedia commons

Menurut teori evolusi Darwin, primata digadang-gadang sebagai awal mula atau nenek moyang dari manusia. Tentu saja teori evolusi ini telah dipatahkan oleh para ilmuwan lain pada zamannya, sebab teori tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat. Penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya adalah rahasia Tuhan paling kompleks yang hingga kini masih menimbulkan tanda tanya besar dalam pikiran kita.

Pembahasan artikel ini bukan untuk menguak isi dari teori evolusi ataupun biografi Charles Darwin dan karya tulisannya “The Origin of Species”. Artikel ini akan membahas lebih dalam morfologi dan keunikan fauna fenomenal yang disebutkan sebagai cikal-bakal manusia, yang tak lain adalah seekor primata. Primata yang akan dibahas salah satunya adalah jenis primata khas Indonesia, yaitu Beruk Mentawai (Macaca pagensis).

Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar jenis primata hampir di seluruh belahan dunia berstatus dilindungi dan ini juga berlaku pada status beruk Mentawai. Beruk endemik khas Kepulauan Mentawai, Sumatera atau yang familiar dikenal dengan nama bokoi ini dikategorikan sebagai fauna berstatus “Critically Endangered” atau berada pada tingkatan terakhir sebelum punah oleh IUCN Redlist.

Perbedaan beruk Mentawai dengan beruk jenis lain terletak pada rambut bagian pipi dan mahkota. Secara morfologi beruk Mentawai memiliki rambut berwarna cokelat gelap pada bagian belakang sedangkan pada bagian leher, bahu dan bagian bawah berwarna cokelat pucat.

Bagian pipi beruk Mentawai berwarna lebih gelap daripada beruk lainnya, mahkotanya berwarna cokelat, rambut pada dahi lebih panjang, serta memiliki kantong pipi yang terlihat jelas. Warna kakinya coklat, dari punggung serta tangannya sering digunakan untuk membawa makanan.

Karakteristik fisik beruk Mentawai yang dilansir pada primata.ipb.ac.id, satwa ini mempunyai kepala dan panjang badan antara 467 – 564 mm untuk jenis betina, sedangkan untuk jenis jantan sekitar 495 – 564 mm. Panjang ekor betina 130 – 253 mm dan jantan 160 – 245 mm. Kemudian berat badan beruk Mentawai sekitar 4.7 – 10.9 kg untuk betina dan jantan 6.2 – 14.5 kg.

macaca pagensis

Beruk Mentawai (Macaca pagensis). Foto: wikemedia commons

Beruk Mentawai aktif di siang hari (diurnal). Persebaran primata ini terbatas, antara lain di pulau Pagai Selatan, pulau Pagai Utara, dan pulau Sipora di Kepulauan Mentawai, Sumatera. Mereka menghabiskan waktunya diatas pohonan (arboreal) dengan ketinggian 24-36 m secara berkelompok (5-25 individu) namun terkadang sering juga dijumpai berada di tanah. Beruk Mentawai umumnya dijumpai pada habitat hutan bakau, pesisir, hutan primer, hutan sekunder hingga hutan di dekat pemukiman.

Struktur sosial beruk Mentawai adalah terdiri satu jantan dominan dengan dari 8-10 individu saja. Satu kelompok akan terbagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mencari makanan dan kembali bergabung pada waktu malam hari (dikutip pada laman mongabay.co.id).

Populasi beruk Mentawai kian terancam sesuai dengan statusnya yang dilindungi berdasarkan keputusan pemerintah lewat UU No. 5 tahun 1990 dan IUCN Redlist di tahun 2000. Sesuai dengan sifat primata sebagai penyebar biji, tentunya keberadaan ekosisitem beruk Mentawai saling bersinergi dengan hutan. Adanya aktifitas deforestasi/pembukaan lahan hutan serta pertambahan penduduk di wilayah tersebut membuat populasi satwa ini semakin terdesak.

Berdasarkan pernyataan peneliti ahli bidang primata Universitas Nasional, Dr. Sri Suci Utami Atmoko, dalam wawancaranya dengan salah satu stasiun televisi swasta menjelaskan bahwa kondisi kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia menggiring primata menuju ke sungai-sungai sehingga mereka mudah sekali ditemukan dan berpotensi untuk diburu.

Dr. Sri Suci Utami Atmoko yang juga merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia yang masuk nominasi Indianapolis Prize 2017 yaitu penghargaan bergensi di bidang konservasi satwa (dikutip pada laman edukasi.kompas.com) menyatakan bahwa pihak/oknum yang sedang membuka lahan hutan seharusnya dapat mendata terlebih dahulu keberadaan primata-primata tersebut di hutan. Sudah seharusnya upaya konservasi primata menjadi komitmen segala kalangan dan instansi.

Beruk Mentawai menjadi salah satu dari 11 mamalia Indonesia yang berstatus “Kritis” selain harimau Sumatera, macan tutul Jawa, badak Jawa, dan monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) (dikutip pada laman alamendah.org).

Analoginya sederhana, manusia saja tidak ingin tempat tinggalnya di rampas secara paksa, begitu pula dengan primata-primata ini dan makhluk hidup lain. Hutan dan alam sudah menjadi rumah dan tempat tinggal yang nyaman bagi mereka untuk hidup.

macaca pagensis

Penulis: Sarah R. Megumi

Top