Mangga Kasturi, Ikon Flora Kalimantan Selatan yang Punah di Alam

Reading time: 4 menit
mangga kasturi
Tanaman mangga kasturi (Mangifera casturi Kosterm). Foto: toptropicals.com

Buah mangga umumnya menjadi buah favorit banyak orang karena memiliki rasa manis dan asam yang segar. Rasa buah mangga yang manis membuat buah ini kerap diolah menjadi jus atau sirup, sedangkan buah mangga yang asam biasanya dijadikan rujak atau campuran sambal yaitu sambal mangga.

Meski buah mangga bisa kita temui dari pasar tradisional hingga modern, namun ada satu jenis buah mangga yang kini telah dinyatakan punah dari habitat aslinya atau ‘punah in situ‘. Jenis mangga yang dimaksud adalah mangga kasturi (Mangifera casturi). IUCN juga menyatakan status mangga kasturi dalam kategori atau Extinct in the Wild. Ancaman pembukaan lahan secara besar-besaran dan deforestasi disinyalir sebagai punahnya keberadaan tanaman ini di alam.

Tanaman ini memiliki sifat endemik (hanya ada di lokasi tertentu). Mangga kasturi hanya dapat ditemukan di daerah Kalimantan, khususnya Kalimantan bagian selatan. Merujuk pada Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 1989 tentang Pedoman Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah, maka mangga kasturi ditetapkan menjadi Flora Identitas dari Provinsi Kalimantan Selatan.

Mangga kasturi yang bernama latin Mangifera casturi Kosterm, merupakan salah satu dari sekitar 31 jenis mangga yang dapat ditemukan di Kalimantan. Mangga dengan bentuk bulat telur, yang kulit buahnya menjadi kehitaman saat mulai tua dan matang ini, terdiri dari tiga jenis yaitu kasturi, cuban, dan asem pelipisan.

Keberadaan mangga kasturi di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Dikutip pada laman lipi.go.id, mangga kasturi pertama kali dideskripsikan oleh Kostermans, pakar botani Belanda dan Indonesia, pada tahun 1993. Ketika itu, dia meneliti spesimen mangga kasturi di Herbarium Bogor Rience, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor.

Namun, saat itu bukanlah pertama kalinya ditemukan mangga ini. Sebab, jauh sebelumnya, yakni 1978, seorang peneliti bernama Ding Hou, sudah terlebih dahulu menemukan pohon mangga ini di habitat asilnya wilayah Martapura, Kalsel. Ketika itu, Hou menganggap bahwa mangga kasturi merupakan satu jenis dengan Mangifera quadrifida. Sampai pada akhirnya, seorang bernama Dilmy membawa spesimen tanaman ini ke Herbarium Rience. Sampailah pada 1993, Kostermans menyatakan bahwa mangga ini adalah jenis yang berbeda dengan Mangifera quadrifida, melainkan jenis tersendiri yakni Mangifera casturi.

mangga kasturi

Buah mangga kasturi yang sudah matang. Foto: wikemedia commons

Berdasarkan beberapa sumber ilmiah, pohon mangga kasturi tingginya mencapai 25 meter dengan diameter batang lebih kurang 40-115 cm. Kulit kayu berwarna putih keabu-abuan sampai cokelat terang, kadangkala terdapat retakan atau celah kecil sekitar 1 cm berupa kulit kayu mati dan mirip dengan jenis Mangifera indica. Jika kulit batangnya dilukai, maka akan mengeluarkan getah yang mula-mula bening, kemudian berwarna kemerahan dan menghitam dalam beberapa jam. Getahnya mengandung terpentin dan berbau tajam, sehingga dapat melukai kulit atau menimbulkan iritasi bagi kulit yang sensitif.

Bagian daunnya bertangkai, bentuknya lanset memanjang dengan ujung runcing dan pada kedua belah sisi tulang daun tengah terdapat 12-25 tulang daun samping. Daun yang muda bertekstur menggantung lemas dan berwarna ungu tua. Bunga tanaman ini merupakan bunga majemuk berkelamin ganda dengan bentuk bunga rasemos dan kerapkali berambut rapat. Panjang tangkai bunga lebih kurang 28 cm dengan anak tangkai sangat pendek, yaitu 2-4 mm.

Pohon mangga kasturi tidak berbeda dengan pohon mangga lainnya. Buahnya berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan berat kurang dari 80 gram, daging buah kuning atau oranye dan berserabut. Buah ini berbuah pada awal musim penghujan atau sekitar bulan Januari. Pada saat musim berbuah (November-Januari), tanaman ini berbuah sangat lebat.

Kulit buah saat masih muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi cokelat kehitaman, permukaan kulitnya licin. Bentuk buah lonjong dengan nisbah panjang/lebar 1,25-1,53. Kulit buah sekitar 0,24 mm. Daging buah berkadar air tinggi (87,2%), namun beberapa komponen kimia yang lainnya rendah, seperti protein (0,3%), lemak (0,04%), pati (1,4%), total gula (2%), dan kalori (9,6 kal/100g). Kadar asam (4,7%) dan karbohidratnya (12%) relatif tinggi.

Buah kasturi umumnya dipanen pada saat sudah masak. Apabila dipanen sebelum masak berpengaruh terhadap kualitas aroma dan warna buah. Oleh karena itu, walaupun mempunyai kulit yang tebal dan keras, buah tidak dapat disimpan lebih dari 6 hari.

Pohon mangga kasturi memiliki keunikan yaitu umurnya berpuluh-puluh tahun dan tumbuh di pekarangan/di hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangga kasturi memiliki kandungan terpenoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan yang baik sehingga dapat menjadi dasar penemuan obat-obatan baru.

Akar dan batang dari tumbuhan kasturi mempunyai kandungan senyawa fitokimia, yakni mengandung saponin dan tanin. Terdapatnya saponin dalam akar dan batang kasturi semakin mendukung potensi tanaman tersebut sebagai obat diabetes karena saponin berperan aktif dalam mengobati diabetes (Mustikasari dan Ariyani 2008).

Sebagai informasi, Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki lima pohon mangga kasturi yang baru berusia sekitar enam tahun. Menurut laman lipi.go.id, berbeda dengan mangga-mangga lain, pohon mangga kasturi baru bisa berbuah setelah usianya sepuluh tahun. Lima pohon itu berasal dari pembibitan satu pohon mangga kasturi yang diperkirakan sudah ada di KRB sejak 1970-an.

Menurut informasi para karyawan KRB yang sudah lama bekerja, pohon ini ditanam oleh Kosterm sekitar 1970- an. Jauh sebelum dia meneliti mangga kasturi secara mendalam. Kendati usianya sudah sangat tua, pohon yang tingginya 15 meter dengan diameter lingkaran tangan dua orang dewasa ini masih produktif berbuah. Pihak KRB berharap ada banyak orang atau lembaga yang melestarikan mangga ini. Sebab, dengan rasanya yang sangat manis dan harum, mangga kasturi bisa dijadikan komoditi buah unggulan Indonesia dan agar jenis buah asli Indonesia hingga tak tinggal nama.

mangga kasturi

Penulis: Sarah R. Megumi

Top