Tikusan Kerdil, Pengembara Musim Dingin yang Pemalu

Reading time: 2 menit
Burung tikusan kerdil (Porzana pusilla). Foto: greeners.co/Ahmad Baihaqi (Indonesia Wildlife Photography)

Tikusan kerdil termasuk dalam suku Rallidae yang merupakan kelompok ayam-ayaman berukuran sedang dan tersebar luas di dunia yang hidup di daerah rawa. Nama lain tikusan kerdil adalah baillon’s crake (Inggris).

Burung ini berukuran kecil, yaitu 18 cm dan memiliki paruh yang pendek berwarna kuning. Iris mata berwarna merah, mahkota dan tubuh bagian atas berwarna cokelat, bercoret hitam dan putih. Dagu berwarna putih, dada dan muka berwarna abu-abu dengan garis mata gelap. Tubuh berwarna cokelat keabu-abuan dengan coretan putih pada punggung. Pada sisi bagian bawah tubuh dan ekornya terdapat garis putih halus dengan tungkai berwarna kuning kehijauan.

Tikusan kerdil termasuk burung pemalu yang suka menyusup untuk berlindung dan bersembunyi di daerah rawa yang lebat daripada mencoba lari dari pemangsa.

Burung pemalu ini lebih suka berjalan walaupun termasuk pelari yang baik. Ia menghuni rawa-rawa dipinggir danau dan paya berumput. Jika terancam, satwa ini akan berjalan dengan cepat, tetapi secara halus dan masuk ke rumpun buluh.

Tikusan kerdil merupakan burung pengembara yang berasal dari Siberia dan Asia timur, ke selatan sampai Iran dan India utara, kadang di Sumatera dan Sulawesi. Pada musim dingin, bermigrasi ke India, Sri Lanka dan Myanmar, dan dari China selatan sampai Indonesia dan Filipina.

Faktor cuaca yang sangat ekstrim di negara asalnya membuat burung tikusan kerdil bermigrasi ke daerah yang memiliki suhu yang mendukung dan menyediakan sumber pakan. Kebanyakan merupakan pengunjung musim dingin yang jarang ke daerah dataran rendah dan berbukit. Di Pulau Jawa, burung migrasi ini dapat dijumpai di Bandung dan Jakarta.

Di Jakarta sendiri, tikusan kerdil teramati di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara. Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) merupakan salah satu kawasan konservasi alami yang masih tersisa di Ibu Kota dan merupakan hutan mangrove terakhir di Jakarta. SMMA memiliki luas 25,02 hektare.

Belum banyak masyarakat yang mengetahui kawasan ini karena memang areal kawasan ini dikelilingi perumahan mewah. Padahal, kawasan ini sebenarnya memiliki peran penting untuk menjaga laut Jakarta tetap terjaga dan mencegah terjadinya banjir pasang surut air laut.

Kehadiran burung migrasi di Jakarta tidak semulus perjalanan dari negara asalnya, keberadaan makhluk bersayap ini tidak luput dari perburuan, baik untuk diperdagangkan maupun menjadi santapan di meja makan. Perburuan satwa liar, terutama burung migrasi, di Indonesia masih kerap terjadi. Perlu kerjasama berbagai pihak untuk menekan angka perburuan tersebut, salah satunya melalui sosialisasi peran ekologis satwa liar di alam.

FAUNA Tikusan Kerdil, Pengembara Musim Dingin yang Pemalu_02

Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography

Top