Tuntong Laut, Kura-Kura Mangrove yang Terancam Punah

Reading time: 3 menit
tuntong laut
Tuntong laut (Batagur borneoensis). Foto: wikimedia

Tuntong laut (Batagur borneoensis) adalah salah satu spesies kura-kura air tawar dan darat dari 29 spesies kura-kura yang ada di Indonesia. Keluarga tuntong memiliki dua spesies, tuntong laut dan tuntong sungai. Keduanya mendiami habitat yang sama, yaitu hutan mangrove.

Umumnya tuntong laut mendiami daerah muara hingga 4 km ke arah hulu sungai yang masih dipengaruhi pasang surut air laut. Layaknya penyu, tuntong bertelur di pantai pasir pinggir laut. Saat ini populasinya berada di Aceh, Tamiang.

Tuntong laut termasuk salah satu kura-kura yang paling berwarna (sering dijumpai pada tuntong laut jantan). Karapas tuntong laut berukuran sekitar 60 cm. Mereka memiliki tempurung dan plastron berwarna putih atau abu-abu dan bintik-bintik besar berwarna hitam serta kepala putih dan oranye atau merah.

Kura-kura jantan dewasa akan mengalami dimorpisme seksual (sexual dimorphism) yaitu perubahan warna pada musim kawin. Jantan berubah dari warna coklat muda ke putih atau abu-abu dengan corak merah atau oranye di antara kedua mata.

Berdasarkan handbook Joko Guntoro dari Lembaga SatuCita, kebanyakan kura-kura memiliki lapisan luar tempurung yang dilapisi oleh sisik-sisik keras dikenal dengan nama scute yang merupakan bagian dari kulit luarnya atau epidermis. Scute terbuat dari protein berserat yang disebut keratin yang juga membentuk sisik pada reptil lainnya. Scute ini tumbuh melebihi lapisan-lapisan antara tulang-tulang tempurung dan menambah kekuatan tempurung. Beberapa kura-kura tidak memiliki scute yang keras. Contohnya, penyu berpunggung kulit dan labi-labi yang memiliki tempurung yang dilapisi kulit scute yang halus dan bukan scute yang keras.

tuntong laut

Tuntong laut (Batagur borneoensis). Foto: opencage.info

Bentuk tempurung kura-kura menunjukkan bagaimana kura-kura tersebut hidup. Kebanyakan kura-kura darat memiliki tempurung yang besar dan berbentuk kubah yang menyulitkan pemangsa untuk menghancurkan tempurung diantara taring-taringnya. Sedangkan kebanyakan kura-kura akuatik memiliki tempurung yang datar dan beralur yang membantu dalam berenang dan menyelam.

Tempurung pada umumnya berwarna cokelat, hitam, atau hijau gelap. Pada beberapa spesies, tempurungnya memiliki tanda-tanda berwarna merah, oranye, kuning, atau abu-abu dan tanda-tanda ini bisa berupa totol-totol, garis-garis, atau bintik-bintik acak.

Kura-kura darat yang hidup di dataran memiliki tempurung yang lebih berat. Kebalikannya, kura-kura akuatik dan labi-labi memiliki tempurung yang lebih ringan yang membantunya untuk tidak tenggelam dalam air dan berenang dengan laju yang lebih cepat. Tempurung yang lebih ringan ini memiliki sebuah ruang kosong besar yang disebut fontanelles diantara tulang-tulang tempurung.

Hewan akuatik ini termasuk salah satu hewan yang terancam punah di dunia. Tuntong laut terdaftar dalam 25 spesies kura-kura kritis terancam punah (critically endangered) dalam skala global (IUCN, 2011). Selain penyusutan habitat, pengambilan telur oleh penduduk untuk konsumsi dan perburuan untuk dijadikan hewan peliharaan menyebabkan penurunan populasi mereka secara drastis.

Hewan ini menghasilkan antara 12-22 butir telur dalam satu sarang. Oleh Karena itu, sejak tahun 2008 melalui Permenhut Nomor 8 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018, satwa ini ditetapkan sebagai prioritas untuk dikonservasi dan diteliti lebih jauh (Laporan Yayasan Satucita Lestari Indonesia dan PT Pertamina, 2013).

Mereka juga merupakan hewan herbivora yang gemar makan daun, tunas, buah mangrove dan tumbuhan liar yang tumbuh di sisi sungai. Rumput sungai merupakan salah satu sumber makanan terpenting bagi hewan ini.

Meski demikian, dalam penangkaran tuntong laut dapat memakan berbagai jenis sayuran seperti bayam, kale, bok choy, sawi, selada dan enceng gondok. Terkadang, mereka juga memakan sampah dapur yang dibuang oleh penduduk desa ke sungai. Hal ini yang harus diwaspadai, jangan sampai sampah-sampah buangan tersebut merugikan nyawa tuntong laut karena populasi satwa ini sudah mengalami ancaman serius.

tuntong laut

Penulis: Sarah R. Megumi

Top