Diet dengan Efek “Yoyo” Dapat Memicu Kematian

Reading time: 2 menit
efek yoyo
Ilustrasi: weightlosstrickstips4u.blogspot.co.id

Tahukah kamu? Di dalam dunia diet terdapat istilah “efek yoyo”, yang juga dikenal sebagai siklus diet. Siklus ini merupakan istilah untuk menjelaskan keadaan di mana setelah dietmu berhasil, pola makanmu bertambah bahkan tidak lagi teratur. Kemudian setelah merasa tidak lagi ideal, kamu akan menurunkan berat badanmu dengan berdiet lagi. Seperti halnya alur permainan yoyo yang setelah turun akan melambung lagi ke atas.

Pola seperti ini sebenarnya tidak dianjurkan oleh para dokter, terlebih lagi bagi orang dengan berat berlebih (overweight) dan penyakit jantung. Bagi mereka, gagal menurunkan berat badan akan menjadi lebih berbahaya daripada tidak kehilangan massa tubuh sama sekali. Padahal, kelebihan berat badan saja sudah diketahui secara umum dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

Berdasarkan sebuah studi terdahulu, orang yang berat badannya sering berfluktuasi memiliki potensi risiko serangan jantung dan stroke dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya stabil. Risiko terkena diabetes bagi mereka pun tumbuh sebesar 78%. Lebih buruknya lagi, efek yoyo dalam diet juga dapat meningkatkan kematian dua kali lebih cepat.

Riset tersebut kemudian dikembangkan pada tahun 2017 untuk menjawab apakah benar orang-orang dengan penyakit jantung memiliki kemungkinan mati lebih tinggi. Penyakit jantung yang dimaksudkan khususnya penyakit arteri koroner, di mana timbunan lemak tersusun, menumpuk dan menyebar di otot jantung dengan meneliti 9.509 relawan yang diteliti pada studi sebelumnya tahun 2005.

Studi lanjutan tersebut memperhitungkan faktor-faktor seperti tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, ras, jenis kelamin, tingkatan penyakit diabetes dan pengobatan dengan Lipitor (penurun kadar lemak sintetis). Hasilnya, dalam waktu sekitar 5 tahun pasien dengan berat yang paling fluktuatif memiliki kemungkinan kematian 2,24 kali karena sebab apapun, 2,17 kali kemungkinan terkena serangan jantung dan 2,36 kali lebih mungkin terkena stroke daripada orang yang beratnya stabil.

Dilansir dari Reuters, Dr. Ira Ockene, dosen kedokteran Universitas Massachusetts di Worcester mengajurkan untuk serius dalam menurunkan berat badan dan melakukannya dengan benar. “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang menetapkan tujuan yang tidak terjangkau, misalnya “Saya perlu menurunkan 18 kg”. Namun saat hanya turun 10 kg, mereka merasa kecewa dan berpikir apa sih yang sedang mereka lakukan. Kemudian berat badannya naik lagi,” ujar Dr. Ira.

“Tetapi jika kamu kehilangan 4,5 kg dan mempertahankannya (pada titik tersebut), diabetes anda akan menjadi lebih baik, lemak (dalam tubuh) anda akan menjadi lebih baik, dan banyak yang akan menjadi lebih baik. Kamu tidak perlu sampai menurunkan 13-18 kg. Hal ini sangat penting untuk dipahami orang-orang,” tambahnya.

Namun, sebuah studi dari American Psychological Association menyatakan bahwa diet dengan efek yoyo pada dasarnya tidak cukup memberikan bukti adanya risiko penyakit jantung yang signifikan. Menurut penelitian tersebut, efek yoyo pada diet akan memberikan tekanan berat bagi orang yang ingin menurunkan berat badan dengan sangat cepat baik secara fisik maupun psikis. Akhirnya, orang tersebut justru akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih cepat.

Oleh karena itu, jika ingin berdiet, usahakan agar berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Sebagai seorang profesional, dokter akan membantu menentukan pola diet seperti apa dan target berat badan yang ideal bagimu. Atau, kamu bisa saja melakukannya dengan makan secukupnya dalam porsi yang wajar.

Penulis: Ayu Ratna Mutia

Top