Gula, Si Manis yang Tak Selamanya Baik

Reading time: 2 menit
manis
Ilustrasi: pixabay.com

Siapa yang tidak menyukai gula? Rasanya yang manis mampu memberikan cita rasa yang lezat pada makanan dan minuman. Namun dibalik rasanya yang manis, ternyata gula dapat membahayakan tubuh apabila dikonsumsi dalam jumlah yang tak semestinya.

Gula merupakan salah satu karbohidrat sederhana yang memiliki fungsi sebagai sumber energi. World Sugar Research Organization (WSRO) menjelaskan bahwa gula terdiri dari tiga jenis, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Disakarida juga terpecah menjadi tiga macam, yaitu sukrosa, laktosa, dan maltosa. Tak hanya dari tebu, gula juga dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, susu, nasi, dan juga sereal.

Meskipun sering dianggap musuh bagi kesehatan, sesungguhnya gula memiliki fungsi yang baik bagi tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. WSRO menjelaskan bahwa gula memiliki fungsi sebagai sumber energi dan dapat digunakan sebagai oral rehydration solution (ORS) alias oralit. Namun apabila dikonsumsi dalam jumlah yang terlalu banyak, gula akan berbalik ‘menyerang’ tubuh kita.

Gigi berlubang, diabetes, hingga kanker

Kelebihan asupan gula per hari dapat memberikan efek berbahaya pada metabolisme tubuh. Berbagai studi telah membuktikan bahwa konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti gigi berlubang, diabetes, hingga kanker.

Sebuah studi tahun 2003 yang dilakukan oleh Riva Touger-Decker, peneliti dari University of Medicine & Dentistry of New Jersey, menyatakan bahwa gula dapat menyebabkan pembusukan pada gigi. Gula dapat memicu bakteri di mulut untuk memproduksi zat asam, dan zat asam tersebut akan bercampur dengan ludah sehingga menimbulkan plak gigi. Jika gigi tidak dibersihkan secara benar, plak gigi akan terus menggerogoti bagian luar gigi dan lubang pada gigi pun akan terbentuk.

Selain itu, Heather Basciano, peneliti dari Departemen Laboraturium Kedokteran dan Patologi Universitas Toronto, menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan resistensi insulin yang dapat memicu obesitas dan diabetes tipe II. Ketika insulin pada tubuh mengalami resistensi, proses metabolisme kadar gula darah dalam tubuh akan terganggu sehingga kadar gula darah akan meninggi. Tingginya kadar gula darah tersebutlah yang dapat memicu penyakit seperti diabetes Tipe II dan obesitas.

Tak sampai di situ saja, sebuah penelitian di tahun 2012 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Universitas Catanzaro Italia, menemukan bahwa resistensi insulin yang diakibatkan oleh gula juga dapat memicu kanker. Tubuh akan mengalami resistensi insulin akan menghasilkan hormon insulin-like growth factor (IGF) yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.

Tidak lebih dari 150 Kalori per hari

Banyak orang yang tak sadar bahwa mereka telah mengonsumsi gula lebih banyak dari yang seharusnya. Lantas, sesungguhnya berapa banyak asupan gula yang dapat kita konsumsi per harinya?

Berdasarkan sebuah studi tahun 2009 yang tercantum dalam Journal of the American Heart Association, batas konsumsi gula yang disarankan sebaiknya tak lebih dari 150 kalori per hari. Lebih rincinya, untuk wanita sebaiknya tidak mengonsumsi gula lebih dari 100 kalori per hari, atau setara dengan enam sendok teh gula. Sedangkan untuk pria, sebaiknya tidak mengonsumsi gula lebih dari 150 kalori per hari, atau setara dengan sembilan sendok teh gula.

Untuk mengontrol jumlah asupan gula per hari, kita perlu memerhatikan beberapa hal. Pertama, kurangi mengonsumsi makanan atau minuman olahan seperti jus kaleng, minuman bersoda, atau permen. Makanan dan minuman olahan mengandung gula tambahan dan memiliki kalori yang tinggi.

Selain itu, jangan lupa untuk selalu membaca label gizi pada makanan kemasan untuk mengetahui seberapa besar kandungan gula yang terdapat dalam makanan tersebut. Terakhir, terapkanlah pola gaya hidup sehat supaya asupan gula dapat terus terkontrol.

Penulis: Anggi Rizky Firdhani

Top