Identity

Reading time: 2 menit

Judul Buku : Identity
Penulis : Milan Kundera, Landung Simatupang (Penerjemah)
Jumlah Halaman : 175 halaman, cetakan April 2006
Penerbit : Fresh Book

Mulan Kundera benar-benar cerdas meramu sebuah cerita menjadi bagian-bagian yang penuh kejutan dengan bahasa yang liar sekaligus tidak lazim. Ia berhasil membawa pembaca merasa berada pada sebuah scene film, dan seakan-akan akan mampu menebak scene selanjutnya dengan mudah. Well, jika itu yang terjadi , maka bersiaplah untuk kecewa. Jangan keburu bernafsu untuk membalik halaman, lebih baik menikmatinya, mengikuti ceritanya, dan dapatkan jawaban dengan perasaan haru sekaligus greget.

Cerita ini berawal dari pantai Normadia, dengan setting hotel yang menghadap pantai. Chantal tiba lebih awal ketimbang Jean-Marc yang akan bergabung dengannya kemudian. Ceritanya dilanjutkan pada sebuah percakapan antara Chantal dan para pramusaji yang akhirnya mempertemukan mereka pada sebuah kegetiran yang sama akan makna diri mereka. Mereka lantas mempertanyakan hakikat dari berbagai kebetulan dari kejadian dan pertemuan dalam hidup mereka. Hal ini membawa Chantal mempertanyakan identitasnya sendiri, karena baginya, pengalaman dan obsesi adalah dua hal yang selalu menjadi rahasia.

Kundera membawa pembaca membedah sebuah wacana dalam keindahan kata seperti Immanuel Kant, hidupnya terkungkung namun pikirannya berloncatan ke sekian banyak dunia, yang ia ceritakan sebagai loncatan-loncatan prospektif dalam memecahkan sebuah cerita menjadi satu bagian yang utuh tanpa meninggalkan sebuah esensi dalam cerita. Loncatan cerita yang dimaksud, diantaranya bisa kita baca pada adegan Chantal menerima sebuah surat dari sosok yang tidak dikenal. Tanpa alamat, tanpa prangko, lalu tiba-tiba kita dibawa pada monolog Chantal tentang prospektif kehidupan yang sedang dialaminya.

Saat Chantal dan Jean-Marc merasa asing satu sama lain, Kundera bercerita mengenai sebuah kesadaran yang tidak disadari oleh orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Sebuah lompatan yang berani disaat mereka menghadapi sebuah problematika kehidupan tentang tercumbui, terkhianati. Kundera begitu cerdas mengembangkan cerita menjadi sangat hidup, liar dan meletup-letup. Setiap percakapan pun hadir bagai spontanitas.

Disini, pembaca akan diajak menganalisa esensi manusia, tentang sebuah keyakinan pada pola perilaku yang terus bermain-main dalam benaknya. Kundera menulis ratusan halaman untuk memaparkan identitas sebuah pasangan yang gagal dalam proses memahami satu sama lain. Pembaca pun disuguhi berbagai percakapan dan refleksi cerdas tentang cinta, kematian, dan persahabatan. (usenk)

Top