Jelajah Gunung ala Zero Waste Adventure

Reading time: 2 menit
zero waste adventure
Foto: greeners.co

Judul: Zero Waster Adventure
Penulis: Siska Nirmala
Penerbit: Expedisi Nol Sampah
Jumlah Halaman: 111 halaman
Cetakan pertama, edisi Mei 2017

Zero Waste Adventure merupakan buku karangan Siska Nirmala, seorang jurnalis asal Bandung, yang diterbitkan pada bulan Mei 2017 oleh Expedisi Nol Sampah. Buku yang terdiri dari 111 halaman ini mengangkat tema tentang isu lingkungan yang memprihatinkan: gunung yang dipenuhi oleh sampah plastik. Berangkat dari isu tersebut, Siska tergerak untuk mengajak pendaki gunung lainnya supaya tidak membawa perbekalan dengan kemasan plastik dan memegang prinsip zero waste. Kisah untuk menerapkan prinsip zero waste tersebut Siska rangkum dalam buku Zero Waste Adventure.

Prinsip zero waste sendiri memiliki arti berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalisir produksi sampah hingga sama sekali tidak memproduksi sampah. Melalui buku ini, Siska menyatakan bahwa pendakian dengan prinsip zero waste bisa dilakukan dengan tidak membawa perbekalan yang berpotensi menjadi sampah sejak awal. Sesederhana itu saja.

Dalam buku Zero Waste Adventure, Siska menceritakan pengalamannya ketika mendaki Gunung Gede, Tambora, Argopuro, Lawu, Papandayan, Rinjani, dan Semeru. Selama melakukan pendakian, ia menemukan bahwa sampah kini tak hanya mengotori kawasan perkotaan; gunung pun sudah turut tercemari sampah.

Kegelisahan Siska terkait permasalahan sampah di pegunungan lahir ketika ia mengunjungi Gunung Semeru dan Rinjani yang begitu kotor. Dari situ, ia bertekad untuk mengurangi produksi sampah ketika mendaki gunung dengan membawa benda yang tidak bersifat sekali pakai.

Buku Zero Waste Adventure tak hanya menceritakan pengalaman Siska ketika mendaki gunung dengan prinsip zero waste saja. Dalam buku ini, terdapat beberapa tips dan panduan kepada para pendaki yang ingin mempraktikkan prinsip zero waste saat menjelajahi gunung. Misalnya, saat mendaki gunung kita dapat membawa botol minum (tumbler) dan kotak makanan sendiri, membawa kain lap sebagai pengganti tisu, dan tidak membawa makanan instan. Siska juga mencantumkan contoh barang apa saja yang ia bawa ketika ia mendaki gunung.

Pada bagian akhir buku, Siska berharap bahwa prinsip zero waste dapat diimplementasikan dimanapun dan kapanpun, tak hanya di gunung saja. Dengan membaca buku ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa perubahan bisa terjadi dengan aksi-aksi yang sederhana. Misalnya, dengan tidak membawa perbekalan yang berpotensi menjadi sampah saja, kita sudah bisa mengubah lingkungan menjadi lebih asri lagi.

Melalui buku ini juga, diharapkan prinsip zero waste dapat mengembalikan budaya tidak mengonsumsi produk instan yang sudah jarang dipraktikkan dalam keseharian kita.

Zero waste is not a trend, it’s a return to culture – Siska Nirmala

Penulis: Anggi Rizky Firdhani

Top