Teknik Draping Maksimalkan Tampilan Busana Kain Tenun

Reading time: 2 menit
teknik draping
Foto: greeners.co/Anggi Rizky Firdhani

(Greeners) – Belakangan ini kain tenun Nusantara kembali digandrungi oleh banyak orang. Kain tenun memiliki pesona tersendiri yang tidak ditemukan pada kain-kain lain. Setiap helai kain tenun Nusantara dibuat dengan penuh ketelatenan dan memiliki filosofi tersendiri, maka tak heran jika kain ini memiliki nilai seni dan nilai jual yang begitu tinggi, dan menjadi salah satu benda koleksi yang berharga.

Keindahan kain tenun juga menarik para perancang busana untuk mengolah kain ini menjadi pakaian yang bercita rasa dan berkelas. Namun, untuk mengolah kain tenun menjadi busana yang siap pakai tidak semudah yang dibayangkan. Ada banyak aturan atau pakem yang harus dipatuhi. Bila ada salah satu elemen dari kain tenun rusak atau hilang, maka nilai seni dari kain tersebut akan turut hilang.

“Jangan gunting kain tenun yang akan kita olah. Menggunting kain tenun hanya akan merusak cerita dan nilai seni dari kain tenun itu sendiri,” tegas konsultan Yayasan Sekar Kawung, Wahyu Perdana Saputra alias Yudha, kepada Greeners yang ditemui dalam pameran tenun ikat Sumba di Jakarta beberapa waktu lalu.

teknik draping

Busana yang diperagakan ini menggunakan teknik draping. Foto: greeners.co/Anggi Rizky Firdhani

Untuk mengolah kain tenun menjadi pakaian, teknik draping dianggap menjadi cara yang tepat. Dengan teknik ini, busana dibuat tanpa harus menggunting pola terlebih dahulu. Teknik ini memungkinkan kain tenun tetap utuh tanpa terpotong karena hanya dilipat dan dijahit seperlunya.

Teknik draping juga memungkinkan kain tenun menjadi busana dengan tampilan yang unik karena teknik ini mendorong perancang busana berkreasi dan bereksperimen dalam melipat dan mengikat kain. Dengan teknik ini pula, dua kain tenun dapat dipadukan menjadi satu kesatuan busana.

Menurut Yudha, agar pesona dari tenun semakin maksimal, tampil simpel menjadi kuncinya. Ia menyarankan untuk tidak menambahkan terlalu banyak aksen pada kain maupun si pemakainya agar busana dari kain tenun tetap terlihat elegan.

Selain tidak boleh diolah secara sembarangan, kain tenun juga tidak bisa dirawat secara “asal-asalan”. Kebanyakan, kain tenun terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah rusak bila mengalami kontak langsung dengan bahan kimiawi. Kain tenun juga biasanya diwarnai dengan pewarna alami yang terbuat dari alam, sehingga sebaiknya kain tenun tidak dicuci dengan sabun. Bahkan pada kain tenun ikat khas Sumba Timur, warna kain justru akan semakin ‘matang’ seiring dengan berjalannya waktu sehingga pencucian kain tidak dianjurkan.

Penulis: Anggi Rizky Firdhani

Top