Teknologi 3D dan Huruf Braille dalam Busana Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
teknologi 3d
Busana karya Babette Sperling. Foto: Steven Tail/3ders.org

Teknologi printer 3D sedang berkembang dan mulai dimanfaatkan pada berbagai bidang industi dan kesenian, termasuk dalam dunia fesyen, mulai banyak disainer pakaian yang memanfaatkan printer 3D untuk membuat karyanya. Namun apa yang dilakukan Babette Sperling lebih dari sekadar memanfaatkan teknologi.

Sperling, mahasiswa desain mode dari University of Zwickau, Jerman, membuat beragam produk fesyen melalui printer 3D yang memiliki pesan khusus yang dibuat menggunakan material ramah lingkungan. Pesan khusus yang ditampilkan berupa detail berbentuk susunan huruf braille pada bagian depan gaun maupun samping celana rancangannya.

“Bahan-bahan yang saya gunakan sesuai dengan konsep saya mengenai desain produk yang berkelanjutan secara utuh, yaitu memungkinkan busana dapat kembali ke alam setelah masa pakai mereka selesai,” ujar Sperling seperti dilansir dari 3Ders.org.

teknologi 3d

Foto: Steven Tail/3ders.org

Konsep berkelanjutan yang diusung Sperling melalui penggunaan material pembuatan hiasan braille merupakan filamen cetak 3D fleksibel yang terbuat dari bahan baku kompos bernama WillowFlex. Material ini dibuat khusus oleh perusahaan startup asal Jerman, Bioinspiration.

Pemilihan WillowFlex setelah beberapa kali melakukan uji coba material lainya bukan tanpa alasan. Setelah pengujian filamen, Sperling melihat bahwa material ini juga dapat dengan baik menyatu dengan kain yang juga berbahan alami, seperti katun atau sutera. Ia juga menggunakan WillowFlex ini bukan hanya sebagai hiasan braille namun juga sebagai material pembuat kancing pada gaun dan celana rancangannya.

teknologi 3d

Foto: 3ders.org

Sperling menjelaskan, sertifikasi WillowFlex juga telah sesuai dengan standar AS dan Uni Eropa (EN 13423) dan cocok dengan konsep produk yang berkelanjutan yang memungkinkan pakaian dapat kembali ke alam dengan baik setelah sudah tidak terpakai lagi. “WillowFlex juga membuktikan diri sebagai material yang kompatibel untuk digunakan di semua printer 3D yang kita gunakan dalam proses pengujian kami (Ultimaker, Flashforge, dan Makerbot),” jelasnya.

Apa yang dibuat Sperling merupakan upaya mewujudkan sebuah produk fesyen hasil printer 3D yang bisa digunakan sehari-hari bukan hanya konseptual yang dipamerkan pada pegelaran busana. Karyanya juga memiliki akses ke semua kalangan temasuk dengan keterbatasan penglihatan, dan yang terpenting adalah bahwa produknya begitu memperhatikan keberlanjutan alam dan dampak ekologi setelahnya. Tiga hal tersebut yang dilihatnya belum pernah ada selama ini dalam dunia fesyen berbasis printer 3D.

Tidak mengherankan jika apa yang dibuat oleh Sperling mendapatkan begitu banyak respon positif, termasuk penghargaan Audience Choice Award pada peluncuran pertamanya di ajang Mercedes Fashion Night 2006 lalu.

Penulis: AT/G39

Top