Abu Dhabi Ciptakan Perkebunan Penghasil Makanan dan Minyak

Reading time: 2 menit
Foto: Masdar Institute of Science and Technology/inhabitat.com

Sebuah fasilitas penelitian pertama di dunia yang mampu menghasilkan makanan dan minyak baru saja dibuka di Emirat Arab. Sebuah lokasi dengan luas 2 hektar di Abu Dhabi ini berada di tengah padang pasir dan menggunakan air laut untuk mengairi kolam berisi udang dan ikan. Tidak itu saja, air juga dimanfaatkan untuk mengairi tanaman yang tahan terhadap salinitas tinggi namun juga bisa dipanen untuk menjadi biofuel.

Perkebunan yang unik ini merupakan hasil karya Sustainable Bioenergy Research Consortium (SBRC) dari Insitut Masdar, sebuah grup yang mendedikasikan diri untuk menolong industri penerbangan dalam mengurangi emisi karbon dan transisi menuju sumber minyak alternatif yang berkelanjutan. Grup peneliti ini adalah sebuah usaha kolaboratif nonprofit antara universitas, Boeing dan Etihad -mewakili industri penerbangan dan perusahaan pemasok minyak UOP Honeywell.

Foto: Masdar Institute of Science and Technology/inhabitat.com

Foto: Masdar Institute of Science and Technology/inhabitat.com

Program ini menggunakan pendekatan baru untuk memecahkan beberapa tantangan lingkungan dari budidaya perikanan dan industri penerbangan. Sebagai contoh, ikan dan kerang adalah sumber daya yang sangat penting untuk beberapa negara yang berjuang meningkatkan keamanan pangan lokal mereka, namun industri dari peternakan ikan menghasilkan limbah yang seringkali dibuang ke laut. Limbah cair ini sangat kaya akan nutrisi namun bisa menghasilkan ledakan populasi alga laut yang berbahaya dan menghasilkan racun yang berbahaya baik bagi hewan maupun manusia.

Fasilitas riset SBRC memecahkan masalah ini dengan menggunakan limbah peternakan ikan tersebut untuk menumbuhkan tanaman khusus yang dapat beradaptasi terhadap air dengan kadar garam yang tinggi. Tanaman yang kuat ini bisa hidup di tengah kondisi gurun yang minim curah hujan dan bisa diolah untuk menjadi minyak sebagai bahan bakar pesawat.

Sejauh ini, sudah lebih dari 2000 penerbangan komersial menggunakan biofuel yang dicampur dengan bahan bakar biasa sejak 2011. Pada waktunya nanti, mungkin kebutuhan akan minyak dari fosil bisa dihapuskan seluruhnya.

Foto: Masdar Institute of Science and Technology/inhabitat.com

Foto: Masdar Institute of Science and Technology/inhabitat.com

Setelah air limbah peternakan itu melaksanakan tugasnya mengairi tanaman, limbah yang masih tersisa di dalam air tersebut disalurkan ke hutan mangrove untuk dibersihkan. Sisa-sisa nutrisi yang ada dalam limbah mengendap di hutan mangrove sebelum airnya kemudian masuk kembali ke laut. Mangrove yang diberi pupuk dari limbah cair tersebut, akan menangkap karbon dari udara dan membantu memerangi perubahan iklim. Memisahkan nutrisi dari air limbah tersebut juga berarti membantu mencegah berkembangnya alga yang merugikan.

Sebagian wilayah gurun akan berubah menjadi perkebunan dan peternakan yang produktif tanpa mengurangi dampak terhadap ketersediaan air tawar. Fasilitas riset ini juga akan mengurangi jejak karbon dari industri penerbangan dan membantu membersihkan udara dan menyehatkan laut dalam waktu yang sama.

Kalau teknologi yang digunakan di fasilitas riset ini terbukti efektif dalam skala kecil, SBRC berencana untuk melakukan pengujian dalam skala yang lebih luas, yaitu di lahan seluas 200 hektare di pesisir barat Abu Dhabi.

Penulis: NW/G15

Top