Rumah dari Botol Plastik Bekas untuk Pengungsi

Reading time: 2 menit
pengungsi
Foto: UNHCR/Russell Fraser via Inhabitat.com

Inovasi terkadang lahir dari tempat-tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia modern yang damai. Siapa yang sangka inovasi datangnya dari sebuah tempat mengungsi.

Para pengungsi di Algeria saat ini membangun lagi kehidupan mereka yang terampas perang. Orang-orang dari Suku Sahrawi adalah sebagian dari korban peperangan yang terjadi pada tahun 1975 di Gurun Sahara. Salah satu tempat pengungsian mereka adalah kota Tindouf di Algeria.

Tateh Lehbib Breica adalah seorang pengungsi yang lahir dan besar di tempat pengungsian di sekitar wilayah Awserd. Dia berinovasi dengan membuat rumah-rumah yang tahan terhadap ganasnya cuaca di sana. Berbekal botol plastik bekas, pria berumur 27 tahun ini membangun rumah yang khusus dibangun untuk menghadapi iklim gurun yang keras, namun dengan biaya yang sangat terjangkau.

pengungsi

Foto: UNHCR/Russell Fraser via Inhabitat.com

Tidak mudah untuk membangun rumah di iklim di tempat yang suhunya mencapai 45 derajat Celcius. Badai gurun juga kerap menerpa wilayah tersebut. Mereka pun pernah terkena bencana hujan badai yang menghancurkan banyak sekali rumah di tahun 2015.

Tateh Lehbib menemukan solusi untuk konstruksi rumah dengan menggunakan botol plastik bekas yang dia isi dengan pasir. Ia sendiri adalah seorang sarjana S2 dengan bidang studi efisiensi energi yang dia dapatkan dari program beasiswa UNHCR.

Pada mulanya Tateh Lehbib berniat membuat taman di atas atap bangunan dan menumbuhkan tanaman di dalam botol-botol bekas. Bentuk melingkar yang dia rancang sebagai bangunan hemat energi ternyata memberikan tantangan tersendiri. Saat itulah ia teringat akan sebuah dokumenter tentang bangunan dari botol plastik yang dia lihat sewaktu sekolah dulu dan mengaplikasinnya untuk proyek taman yang ia buat.

pengungsi

Foto: UNHCR/Russell Fraser via Inhabitat.com

Rumah dari botol plastik ini jauh lebih kuat dibanding rumah tradisional dengan bata-lumpur atau rumah tenda, saat menghadapi badai gurun. Selain itu, rumah ini juga tahan air. Dengan dinding yang tebal dan bentuk melingkar, rumah ini lebih mampu menghadapi badai gurun.

Dilansir dari Inhabitat, saat ini Tateh sudah membuat 25 buah rumah dan semuanya dibantu oleh UNHCR. Tateh sudah memenangkan beberapa penghargaan untuk rancangannya ini. Orang-orang di tempat pengungsian memberinya julukan Crazy with Bottles. Dengan semua prestasi yang ia peroleh, Tateh masih terus berinovasi dengan produk daur ulang botol bekas dan membangun rumah-rumah yang unik dan fungsional.

Penulis: NW/G15

Top