Warriors Aksa 7, Demi Film Pendakian 7 Gunung Tertinggi di Indonesia

Reading time: 2 menit
warriors aksa 7
Ilustrasi. Foto: instagram @aksa7art

Jakarta (Greeners) – Awalnya, Aksa 7 dibentuk untuk mendokumentasikan tujuh gunung tertinggi di Indonesia dalam bentuk film. Seiring berjalannya waktu, film yang digarap oleh Anggi Frisca ini mengundang perhatian dan dukungan masyarakat luas, hingga akhirnya terbentuklah Warriors Aksa7 pada 22 November 2015 di Bandung.

“Awalnya ini semua adalah mimpi bikin film tujuh gunung tertinggi di Indonesia, kita bikin independen. Rasanya ya perjalanan ini enggak bisa sendirian, karena bikin film tahu sendiri kan mahal dan enggak murah,” tutur Frisca saat ditemui Greeners di Indonesia International Outdor Festival 2017, Senayan, beberapa waktu lalu.

Ide membentuk Warriors Aksa 7 lahir dari diskusi Anggi Frisca dan Awangga Kusuma untuk mewadahi semangat anak muda yang sudah mendukung kegiatan Aksa 7. Komunitas tersebut sudah hadir di hampir sembilan kota di Indonesia melalui bootcamp. Bootcamp merupakan acara berkumpulnya kembali bersama teman-teman yang sudah membeli produk Aksa.

“Aksa 7 terbentuk dari kegelisahan saya melihat manusia dan saya sendiri. Saya adalah salah satu wakil dari bangsa ini menyatakan perubahan karakter saat hidup di jakarta, nilai-nilai Pancasila sudah terkikis, kemerdekaan sepertinya sudah direnggut dengan kapital, bahwasanya Indonesia butuh manusia-manusia dengan semangat mencintai tanah airnya,” ujar Frisca.

Aksa 7 memiliki arti yakni mata, melihat dengan mata merasakan dengan mata hati dan bergerak dengan mata kaki. “Diharapkan lahir jiwa-jiwa muda yang masih punya semangat untuk lebih mengenal dan melestarikan alam dan budaya bangsa yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan kita dan menanamkan virus nasionalisme,” tambah Frisca.

Hingga saat ini, Warriors Aksa 7 sudah memiliki anggota aktif sebanyak 209 orang dan lebih dari 1.000 orang sebagai anggota pasif. Setiap keanggotaan tetap yang pernah mengikuti bootcamp memiliki nomor ‘jimat’ di kalungnya masing-masing.

Jika ingin menjadi Warriors Aksa 7, publik dapat mendukung kegiatan Aksa 7 dan ikut berkampanye lewat sosial media tentang Indonesia. Caranya dengan membeli produk Aksa 7 lewat instagram di @aksa7art, kemudian mengunggah produk tersebut dengan tagar #supportaksa7 #warriorsaksa7 #aksa7 #warriorssayangaksa7.

Selain sebagai pendukung film Aksa 7, Warriors Aksa 7 juga memiliki program rutin lewat community space yang bernama Rumah Bumi. Terdapat dua kegiatan Rumah Bumi, antara lain Universitas Semesta dan Bioskop Rooftop.

Negeri Dongeng

“Sungguh indah tanah air beta, tiada bandingnya di dunia. Karya indah Tuhan Maha Kuasa,bagi bangsa yang memujanya.” Begitulah salah satu penggalan lirik Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki tentang keindahan alam Indonesia. Ribuan pulau dari Sabang hingga Merauke tertata secara apik dengan berjuta kekayaan di setiap jengkal tanah dan lautannya.

Kecintaan terhadap Indonesia bisa dilakukan setiap orang lewat apa saja, seperti halnya Anggi Frisca dengan membuat film dokumenter tentang tujuh puncak gunung di Indonesia. Lewat film yang akhirnya diberi judul Negeri Dongeng, ia ingin menyampaikan tentang keindahan alam dan rasa nasionalisme.

“Harapannya adalah apa yang kita lakukan, apa yang kita gerakan, kita ingin (mereka) menjadi orang yang merdeka terhadap dirinya, dan maunya sih (film ini) tayang Agustus tanggal 17, pas hari kemerdekaan,” kata Frisca.

Frisca mengaku bahwa film yang berisi dokumenter tentang pendakian tujuh gunung tersebut sedang dalam proses editing. Tujuh gunung yang dimaksud Frisca antara lain Gunung Kerinci di Sumatera, Gunung Semeru di Jawa, Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, Gunung Bukitraya di Kalimantan, Gunung Latimojong di Sulawesi, Gunung Binaiya di Maluku dan Gunung Cartens Pyramid di Papua. “Kalau shooting-nya sih sudah seratus persen, kalau proses filmnya sudah 70 persen,” ujar Frisca.

Selain memupuk rasa nasionalisme pada masyarakat Indonesia, Frisca juga ingin memotivasi kepada generasi penerus bahwa setiap mimpi pasti bisa diwujudkan. “Kadang-kadang kita sering menuntut negara kasih apa sama kita, tapi pada dasarnya yang harus kita pikirkan itu adalah apa yang kita bisa kasih kepada negara,” tutup Frisca.

Penulis: Thorvy Qolbi

Top