Arapaima, Raksasa Air Tawar dengan Sistem Pernapasan yang Perkasa

Reading time: 4 menit
Ikan Arapaima Close Up
Tahukah Anda, siapa yang dijuluki sebagai ikan tawar terbesar di dunia? Mari kita sambut, arapaima. Foto: Shutterstock.

Kita mungkin sudah familiar dengan beragam ikan air tawar yang kerap kita nikmati. Baik di rumah sendiri, di restoran, maupun di kaki lima. Ikan tawar yang menjadi jagoan para juru masak antara lain ikan mujair, ikan gurame, ikan lele, ikan patin, dan ikan nila. Namun tahukah Anda, siapa yang dijuluki sebagai ikan tawar terbesar di dunia? Mari kita sambut, arapaima.

Arapaima berasal dari aliran sungai Amazon. Ikan ini membawa manfaat baik bagi ekosistem tempat tinggalnya maupun bagi komunitas nelayan setempat. Nama Brasilnya adalah piraracu. Berasal dari dua kata asli – pira yang berarti ikan, dan urucum, nama tanaman annatto (pigmen merah) yang mengacu pada tanda kemerahan di ujung ekor.

Ikan ini bisa mencapai panjang 3 meter dan berat antara 100 dan 200kg. Ia memiliki dua mekanisme pernapasan. Ada insang untuk bernapas di dalam air dan kantong renang pernapasan yang termodifikasi. Kantong ini berfungsi seperti paru-paru yang memungkinkannya bernapas di udara. Berkat kantong ini, arapaima dapat bertahan hidup di kolam dengan permukaan air rendah maupun pada vegetasi yang membusuk. Selain itu, keunikan alat pernapasannya membuat fauna ini bisa menyelam selama 10-20 menit dan bertahan hingga 24 jam di luar air.

Spesies ini mendiami danau dan sungai dengan air jernih dan suhu antara 24 dan 37 derajat celcius. Ia dapat kita temukan di sungai dengan arus yang lambat dan sarat akan sedimen. Kebolehannya membuat satwa ini bisa berumur cukup panjang, yakni hingga 20 tahun.

Deskripsi Fisik Arapaima

Arapaima memiliki kepala yang lebar dan kurus. Mulutnya menghadap ke atas, sedangkan tubuhnya ramping dengan sirip punggung yang membentang di sepanjang punggung menuju ekor. Kepala arapaima berwarna hijau tembaga, tubuhnya hitam dengan bagian tengah putih dan ekornya berwarna merah.

Lidahnya yang bertulang dan giginya yang tajam, memungkinkan mereka melemahkan dan mencabik-cabik mangsanya. Mereka juga dapat menyembur dengan kecepatan yang singkat untuk menyerang mangsa mereka yang berpotensi terhantam ke permukaan air.

Makanan Arapaima

Satwa ini adalah omnivora karena bisa memakan tumbuhan dan hewan. Makanannya bervariasi, antara buah-buahan, cacing, serangga, moluska, krustasea, ikan, amfibi, reptil, atau bahkan burung air. Mulutnya bekerja seperti pembersih debu. Saat lapar, ia membuka mulutnya untuk menyedot makanan di dekatnya.

Mulut arapaima bekerja layaknya penghisap debu. Hanya saja, yang dia hisap bukan kotoran, melainkan makanan. Foto: Shutterstock.

Reproduksi dan Perkembangan

Selama musim kemarau antara Februari dan Maret, pasangan ikan akan kawin. Pada proses perkawinan, warna merah pada pejantan akan menjadi lebih intens. Sebelum betina meletakkan telurnya di dasar sungai, pejantan membersihkan area tersebut dan mencabut gulma atau penghalang di tempat yang mereka pilih dengan rahangnya. Kemudian mereka membuat lubang, sebagai tempat betina bertelur. Setalah itu, pejantan melepaskan sperma untuk membuahi betinanya. Semasa inkubasi, betina tetap berjaga di sekitar telur, sementara pejantan mengitari sedikit lebih jauh untuk menakuti predator yang mengancam telur. Telur bayi arapaima menetas dalam 8 sampai 10 hari.

Arapaima bertelur di sarang dengan panjang sekitar 28 inci (70 sentimeter) dan kedalaman 10 inci (25 sentimeter). Telur menetas pada awal musim hujan (antara Oktober dan November), yang memungkinkan benih (bayi ikan) mengumpulkan makanan. Jantan melindungi burayak dengan menariknya ke dalam mulutnya yang rata dan panjang dan memindahkannya ke lokasi lain jika predator terlalu dekat. Kematangan seksual tercapai setelah sekitar 4 atau 5 tahun.

Baca juga: Ikan Mas, Ikan Air Tawar yang Mudah Dibudidaya

Risiko Kepunahan

Praktik penangkapan ikan predator yang telah berlangsung selama bertahun-tahun hingga saat ini memberikan tekanan pada stok ikan dan berdampak pada spesies ikan ini. Ritme reproduksi alami ikan tidak cukup menggantikan jumlah Arapaima yang ditangkap setiap tahun. Eksploitasi spesies yang tidak berkelanjutan tersebut membuat Institut Brasil untuk Lingkungan dan Sumber Daya Alam Terbarukan atau IBAMA menetapkan peraturan pada tahun 2004 yang mengatur penangkapan ikan termasuk Arapaima di wilayah Amazon, melarang penangkapannya selama bulan-bulan tertentu dalam setahun dan menetapkan batas minimum ukuran yang dapat ditangkap dan dikomersialkan.

Manajemen Berkelanjutan

Salah satu upaya untuk menghindari hilangnya spesies tersebut adalah dengan proyek yang mendorong pengelolaan stok Arapaima secara berkelanjutan. Pemerintah Negara Bagian Acre dan WWF-Brasil dengan dukungan dari Ibama dan komunitas nelayan lokal di kotamadya Manoel Urbano mengkoordinasi lokasi spesies yang berada di bawah ancaman kepunahan karena penangkapan ikan yang berlebihan.

Proyek tersebut terdiri dari pelatihan nelayan untuk mengelola sediaan Arapaima dengan cara yang memadai untuk memastikan kelangsungan hidup spesies dan kelangsungan ekonomi kegiatan penangkapan ikan mereka.

Hasil utamanya adalah peningkatan produktivitas danau di mana pengelolaannya dipraktikkan dan lahirnya kembali populasi di danau yang spesiesnya telah menghilang. Sehingga secara keseluruhan, telah terjadi peningkatan pendapatan para nelayan.

Setiap tahun masyarakat setempat menyelenggarakan Pameran Arapaima Terkelola. Pada acara tersebut, keluarga nelayan menjual bahan makanan, dan kerajinan tangan yang terbuat dari sisik dari ikan arapaima, menarik wisatawan ke Manoel Albino dan menghasilkan pendapatan tambahan.

Fakta Menarik

Arapaima gigas merupakan makanan tradisional masyarakat tepi sungai dan nilai komersialnya yang tinggi karena ukurannya yang besar dan rasanya yang enak sehingga sering menjadi pengganti ikan kod asin (impor). Daging Arapaima praktis bebas dari tulang dan banyak masakan daerah yang lezat dengan bahan dasar ikan tersebut dan yang paling terkenal adalah “pirarucu de casaca“.

Sisiknya dapat berguna sebagai kikir kuku, perhiasan, atau bahan membuat berbagai ornamen. Penelitian yang sedang berlangsung mengenai ikan ini adalah kemungkinan penggunaan kulitnya untuk memproduksi sepatu, tas, dan pakaian.

Taksonomi Arapaima 

taksonomi arapaima

Penulis: Agnes Marpaung

Top