Ikan Sidat, Karnivora Mirip Belut yang Bernutrisi Tinggi

Reading time: 4 menit
Ikan Sidat
Ikan Sidat, Karnivora Mirip Belut yang Bernutrisi Tinggi. Foto: Shutterstock.

Ikan Sidat memang unik karena mampu beradaptasi di perairan estuari, laut hingga air tawar. Sekilas, bentuk hewan ini cukup mirip dengan belut, namun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Belut sendiri bisa kita temukan hidup di perairan rawa dan persawahan. Selain itu, belut tidak butuh kondisi geografis dan iklim spesifik, sehingga bisa hidup di perairan dengan oksigen yang rendah.

Meninjau dari morfologinya, tubuh kedua fauna ini sama-sama berlapis lendir, namun belut tidak bersisik ataupun bersirip. Sedang sidat, memiliki sisik pada bagian kepalanya yang bekerja sebagai telinga.

Di luar beberapa fakta tersebut, ada faktor lain yang membedakan antara belut dan ikan sidat. Agar tidak salah, yuk kita simak ulasan lengkap mengenai hewan bernama latin Anguilla spp ini!

Morfologi dan Ciri-Ciri

Tubuh ikan sidat berbentuk silindris, kepalanya bulat telur, letak mulut terminal serta memiliki ekor pipih meruncing. Panjang tubuh maksimal ikan ini bervariasi, antara 15 cm sampai dengan 200 cm.

Sidat dewasa dapat tumbuh hingga berat 22 kg (tergantung jenis). Tubuhnya sangat lentur dan berlapiskan sejenis lendir yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri dari predator alam.

Ikan yang aktif pada malam hari (nokturnal) ini tergolong jenis ikan karnivora. Berdasarkan penelitian, hewan ini akan memakan ikan dan binatang air lain, yang berukuran lebih kecil dari bukaan mulutnya.

Beberapa organisme bentik yang kerap jadi santapan fauna unik tersebut adalah udang dan kepiting (crustacea), cacing dan larva chironomide (polichaeta), kerang-kerangan (bivalva) serta molusca.

Terkadang ikan sidat juga memiliki sifat kanibal, hewan yang satu ini kerap memangsa sidat kecil yang ada di sekitar dengan mencabik-cabik hingga bangkainya hancur, lalu memakannya secara perlahan.

Siklus dan Habitat Ikan Sidat

Dalam siklus hidupnya ikan sidat mengalami enam fase, yakni telur, pre-leptocephalus, eptocephalus, glass eel, dewasa dan induk. Biasanya, hewan ini akan bermigrasi ke tengah laut saat akan memijah.

Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat ikan salmon yang bersifat anadromus, yaitu hidupnya di laut dan bermigrasi jauh ke hulu sungai yang jernih untuk proses reproduksi.

Studi penandaan menunjukkan, ikan sidat dapat berenang lebih dari 3.000 mil ke Laut Sargasso. Perlu waktu yang lama memang, namun begitulah siklus hidup ikan tersebut untuk berkembang biak.

Tak jarang untuk sampai ke muara sungai sidat harus mengikuti aliran sungai yang deras, menuruni air terjun yang tinggi, serta menentang gelombang air yang sangat besar.

Perjuangan hewan tersebut bahkan belum selesai, saat tiba di tengah laut ikan bertubuh panjang ini masih harus beradaptasi dengan tingginya kadar garam yang ada di perairan laut.

Perlu Anda ketahui terdapat 18 spesies ikan sidat yang ada di dunia, 12 spesies di antaranya tersebar di daerah tropis, sedang 7 spesies berada di Pasifik Barat hingga perairan Indonesia.

Bahkan, perairan Indonesia sendiri diduga merupakan asal muasal Anguilla borneensis yang ada di dunia. Adapun spesies sidat lain di perairan Indonesia, seperti:

1. Anguilla celebesensis(endemik Kalimantan dan Sulawesi);

2. Anguilla interioris;

3. Anguilla obscura(endemik Papua);

4. Anguilla marmorata;

5. Anguilla bicolor bicolor; dan

6. Anguilla bicolor pacifica.

Unagi, ikan sidat ala Jepang

Masyrakat Jepang gemar mengonsumsi ikan sidat, mengolahnya menjadi makanan yang nikmat. Salah satunya unagi don. Foto: Shutterstock.

Ikan Sidat yang Mulai Terancam

Anguilla marmorata merupakan jenis sidat yang masih sering dijumpai di perairan Poso, Sulawesi Tengah.

Dalam daftar merah International Union for The Conservation of Nature (IUCN), jenis A. marmorata termasuk beresiko rendah, sedang A. celebensis yang dikategorikan kondisinya hampir terancam.

Keterancaman populasi sidat sendiri berkaitan dengan pola penangkapan ikan, di mana perhatikan masyarakat terhadap aspek lingkungan masih sangat minim terutama saat menangkap ikan.

Sidat yang tertangkap biasanya berukuran dewasa yang akan memijah ke laut, akibatnya populasi sidat dewasa yang bermigrasi ke laut menjadi sangat terbatas bahkan terus berkurang.

Penggunaan racun, setrum, serta pagar perangkap dari bambu disinyalir jadi penyebab terhalangnya jalur migrasi ikan, untuk bereproduksi hingga mengganggu keberlangsungan hidup fauna.

Perlu diingat, penggunaan alat perangkap seperti di atas dapat membunuh biota laut yang ada di sekitarnya, seperti ikan-ikan kecil, kepiting, siput, katak dan hewan lain yang menjadi makanan sidat.

Baca juga: Pohon Kesemek, Berasal dari Cina Populer hingga Indonesia

Manfaat Ikan Sidat bagi Kesehatan

Tidak cuma dijadikan komoditas ekspor, kandungan vitamin yang terdapat pada ikan yang satu ini juga sangat baik bagi manusia. Beberapa manfaat kesehatan ikan yang dalam bahasa inggris disebut freshwater eel ini antara lain:

  • Kandungan DHA dan EPA yang tinggi pada ikan sidak ampuh meningkatkan kecerdasan otak;
  • Omega 3 pada ikan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah penyakit seperti lupus dan kolitis ulserativa;
  • Zink yang terdapat pada sidak 9 kali lebih banyak daripada susu sapi, sehingga daging ikan ini sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak untuk menjaga tumbuh kembangnya.
  • Zink pada ikan tersebut juga bermanfaat untuk mencegah tekanan darah tinggi. Sebab, kandungan tersebut secara aktif mengatur angiotensin dan endotelin pada tekanan darah; dan
  • Terakhir, fauna yang satu ini diketahui mengandung vitamin B1, B2 dan A. Sehingga, tidak hanya baik sebagai antioksidan, daging ikan tersebut juga efektif mencegah penyakit gangguan mata.

Nah, sekarang Anda sudah tahukan apa saja manfaat ikan sidat? Sebab perannya yang sangat penting bagi manusia dan keseimbangan alam, yuk sama-sama kita jaga kelestariannya!

Taksonomi Ikan Sidat

taksonom ikan sidat

Referensi:

Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah R. Megumi

Top