Anak-anak Surabaya Isi Liburan Sekolah dengan Berkemah Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
Anak-anak Surabaya mengisi liburan sekolah dengan berkemah ramah lingkungan. Foto: Ecoton
Anak-anak Surabaya mengisi liburan sekolah dengan berkemah ramah lingkungan. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Suasana libur sekolah tahun ini terasa berbeda di Kelurahan Sambikerep, Surabaya. Puluhan anak usia sekolah dasar mengisi liburannya dengan berkemah ramah lingkungan di Kampung Sambiarum Berwarna. Kegiatan Campoeng 2025 (Camping Kampoeng) itu berlangsung pada 5–6 Juli 2025.

Tak seperti kamping pada umumnya yang berlangsung di alam terbuka atau pegunungan, Campoeng 2025 justru berlangsung di sepanjang jalan kampung, di tengah-tengah rumah warga. Kegiatan ini telah menyatukan edukasi lingkungan, budaya, dan aktivitas luar ruang dalam suasana hangat khas perkampungan.

Uniknya, seluruh aktivitas Campoeng 2025 ini berlangsung dengan prinsip ramah lingkungan dan bebas sampah. Tidak ada makanan yang tersedia dalam kemasan plastik. Semua peserta membawa wadah makan dan minum pribadi, dan sistem konsumsi juga mengusung konsep reuse dan refill.

BACA JUGA: Sudah Saatnya Pencinta Alam Terlibat Bebaskan Alam dari Sampah

Project Koordinator Nol Sampah Surabaya, Umi Siti Hanik menjelaskan pentingnya memperkenalkan gaya hidup minim sampah kepada anak-anak. “Selama ini mungkin mereka jajan sembarangan dengan kemasan plastik, tapi selama melakukan kegiatan camping ini kita kenalkan pangan sehat dan food waste. Jadi, apa yang mereka makan adalah makanan sehat olahan dapur dan ketika mengambil harus mereka habiskan,” ungkap Hanik dalam keterangan tertulisnya.

Selain itu, kegiatan juga dibuka langsung oleh Lurah Sambikerep, serta perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya dan Provinsi Jawa Timur. Setidaknya ada 50 siswa SD dari kota Surabaya, Gresik, Pasuruan, hingga Jombang ikut serta dalam kegiatan ini.

Berkemah Ramah Lingkungan Sambil Mengenal Mikroplastik

Tak hanya soal sampah, peserta yang ikut berkemah ramah lingkungan juga diajak mengenal isu mikroplastik yang kini mulai mencemari air dan tubuh manusia. Manajer Program Sekolah Ekologis dari Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton), Tonis Afrianto membawa dua mikroskop untuk mengajak anak-anak melihat mikroplastik secara langsung.

“Pertama kita swab test mikroplastik di kulit dan identifikasi mikroplastik pada air. Peserta kaget ketika melihat mikroplastik menggunakan mikroskop dan ini pertama kalinya dia tahu,” kata Tonis.

Selain belajar lingkungan, peserta juga mengenal budaya lokal dan olahraga. Kemudian, mereka juga berkunjung ke Pura Candi Cemara Agung untuk mengenal budaya Bali.

Rayyan (9), salah satu peserta, mengaku senang bisa ikut dalam kegiatan ini. “Saya senang karena banyak kegiatan. Bisa belajar zero waste, mikroplastik, olahraga, budaya Bali dan Jawa. Terus dapat hadiah juga seperti botol minum dan wadah makan guna ulang,” ujarnya.

Di balik kesuksesan acara ini, terdapat peran besar warga serta kader lingkungan Kampung Sambiarum Berwarna. Menariknya, kegiatan ini bukanlah yang pertama kali diselenggarakan, melainkan telah berlangsung sebanyak tiga kali di tahun-tahun yang berbeda.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top