Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Lies Indah Sutiknowati, mengungkap harapan baru dalam penanganan tumpahan minyak atau oil spills di laut dengan pendekatan bioremediasi berbasis mikroba.
Lies memaparkan hasil studi tentang isolasi dan karakterisasi bakteri pendegradasi hidrokarbon minyak bumi baru. Ia menyoroti kemampuan bakteri laut tropis dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Dalam penelitiannya, Lies menggali potensi bioremediasi menggunakan mikroorganisme laut, sebagai langkah inovatif dalam menangani pencemaran laut akibat minyak tumpah. Dengan menggunakan simulator pantai buatan yang menyerupai akuarium, eksperimen ini berhasil menguji daya degradasi mikroba terhadap minyak mentah jenis Arabian Light.
“Bakteri seperti Thalassospira lucentensis punya potensi besar untuk membantu pulihkan laut yang tercemar. Terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Dengan mendegradasi atau menghilangkan pencemaran memang paling baik menggunakan mikroba, bukan dengan bahan kimia,” ujarnya.
Di dalam penelitian ini, untuk mengenal para “pemakan minyak”, ditemukan dua jenis bakteri utama, yaitu bakteri cepat tumbuh (7 hari), contohnya Alcanivorax borkumensis, yang bisa mengurai hingga 70% minyak. Lalu, bakteri lambat tumbuh (21 hari), seperti Thalassospira lucentensis dan Curtobacterium Citreum, dengan kemampuan kuat dalam mengurai senyawa minyak yang lebih kompleks.
“Salah satu jenis unggulan Thalassospira sp. strain 1-1B, walapun lambat dalam pertumbuhannya namun bisa bertahan di suhu panas hingga 32°C, dan sangat cocok untuk kondisi laut tropis. Bakteri ini mampu mengurai berbagai komponen dalam tumpahan minyak, dari yang ringan sampai yang berat,” jelasnya.
Pupuk Bantuk Tingkatkan Keragaman Mikroba
Selain itu, Lies juga menguji efek pemberian pupuk yaitu nitrogen-N dan fosfor-P pada pertumbuhan mikroba. Hasilnya cukup menarik, pupuk ternyata bisa membantu meningkatkan keragaman mikroba, yang berperan penting dalam proses pembersihan laut.
“Pupuk dapat merangsang pertumbuhan komunitas bakteri tertentu, khususnya setelah hari ke-90. Ini memperlihatkan peluang manipulasi lingkungan mikro untuk mengoptimalkan proses bioremediasi,” tambahnya.
Laut bersih, lanjutnya, menjadi harapan baru melalui riset yang dibangun dan dikembangkannya. “Ini menunjukkan bahwa solusi atas pencemaran laut bisa datang dari alam itu sendiri. Dengan dukungan teknologi dan riset berkelanjutan, bakteri laut bisa menjadi pahlawan tak terlihat dalam menjaga laut Indonesia tetap bersih dan sehat,” ungkapnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































