Earth Hour di Bandung Kurang Menggema

Reading time: 3 menit
Sabtu malam, di tengah rintik hujan, Gedung Sate tiba-tiba menjadi gelap gulita selama satu jam. Gedung yang menjadi ikon kota Bandung ini turut...

(Bandung/Greeners). Sabtu malam (27/3), di tengah rintik hujan, Gedung Sate tiba-tiba menjadi gelap gulita selama satu jam. Gedung yang menjadi ikon kota Bandung ini turut memeringati kampanye Earth Hour dengan mematikan lampu dari pukul 20.30-21.30.

“Orang lain mengira listrik Gedung Sate konslet (aliran listriknya putus),” papar Yanto, salah satu keamanan yang menjaga Gedung Sate malam itu.

Namun, tidak semua gedung di wilayah perkantoran Gedung Sate mematikan lampu. Gedung Pos yang berada di sayap timur Gedung Sate tetap menyala lampunya. Bangunan-bangunan lain di sekitar Gedung Sate pun tidak mematikan lampunya. Begitupun dengan kawasan Dago, ikon lain dari kota Bandung. Pertokoan, pusat perbelanjaan, hingga tempat makan tampak terang benderang pada jam tersebut.

Matinya lampu di Gedung Sate memang kurang menandakan adanya Earth Hour karena kondisi terang benderang yang berada disekitar gedung tersebut. Seperti gedung Telkom di seberang Gasibu, kafe, dan warung tenda. Saat greeners berjalan malah melihat ada kafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari Gedung Sate semarak oleh suara musik dari soundsistem dan terangnya lampu.

Di jam yang sama, di jalan Taman Sari, di gedung Sabuga, ada pula perhelatan musik yang dihadiri banyak anak muda Bandung. Mereka berajojing ria mendengarkan musik tanpa menghiraukan solidaritas Earth Hour malam itu. Mungkin bila pengisi acara tidak mengingatkan kepada penggemar mereka, tidak ada yang peduli dengan Earth Hour. Pada beberapa sesi, musisi-musisi yang pentas dalam kegiatan tersebut, termasuk Kings of Convenience, meminta lampu panggung dimatikan untuk menghormati Earth Hour.

Hal hal tersebut bisa jadi penanda minimnya antusias warga, atau pula minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh penggerak Earth Hour di Indonesia. Empat pemuda asal Cimahi yang ditemui Greeners sesaat setelah lampu di gedung sate nyala pun awalnya tidak sadar kenapa lampu gedung sate mati. Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan greeners baru salah seorang pemuda, Indra, sadar. ”Oh, yang iklannya ada di TV itu,” papar pelajar SMK Farmasi Bakti Kencana, Cimahi ini.

Earth Hour di kota lain

Earth Hour adalah solidaritas mematikan lampu (listrik) pada waktu yang sama selama satu jam di seluruh dunia. Selain Bandung, solidaritas Earth Hour pun secara resmi dilakukan di kota lain seperti Jakarta dan Yogyakarta.

Di Jakarta, kegiatan ini secara resmi dipimpin langsung oleh Gubernur Jakarta di Monumen Nasional (Monas). Malam itu wilayah sekitar monas hanya diterangi oleh lilin, lampu kendaraan, dan emas dipuncak Monas. Agenda serupa pun terjadi di Bundaran Hotel Indonesia, selain itu hampir seluruh gedung-gedung perkantoran di kawasan Sudirman, Thamrin, dan Gatot Subroto tak menyalakan lampu selama 60 menit. Berdasarkan data yang dimiliki oleh WWF Indonesia, di Jakarta ada sekitar 170 gedung perkantoran yang bergabung dalam solidaritas Earth Hour.

Di Yogyakarta, secara resmi ada pemadaman di beberapa titik. Di simpang Tugu, simpang Kantor Pos Besar, dan di sepanjang Jalan Mangkubumi.

Himpunan data PLN sementara, pada waktu Earth Hour kontribusi pelanggan PT PLN (persero) yang turut mematikan listrik memberi kontribusi pengurangan beban listrik Jawa Bali mencapai 811 mega watt (MW). Hal ini setara dengan mengurangi beban biaya pembangkit listrik hingga Rp580 juta.

Solidaritas Dunia

Kegiatan ini bukan hanya dilakukan di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Diawali oleh kota Sidney-Australia pada tahun 2007. Warga kota pelabuhan yang terkenal dengan gedung operanya ini mematikan lampu selama satu jam. Saat itu dua juta warga kota dan dua ribu institusi mematikan lampu pada 31 Maret 2007. Kegiatan ini terus berkembang tahun-tahun selanjutnya ke seluruh dunia hingga tahun ini.

Dari situs Earth Hour Indonesia, latar belakang kegiatan ini karena ketergantungan manusia kepada listrik terutama dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan mengeluarkan CO2 atau gas rumah kaca telah mengakibatkan kenaikan dramatis temperatur rata-rata Bumi. Akibatnya earth hour disebut sebagai aksi kecil dengan dampak besar.

Meski begitu, tidak harus menunggu Earth Hour untuk melakukan penhematan. Lebih baik jalankan kegiatan Earth Hour setiap hari di tempat anda. Hal ini sesuai dengan tujuan kampanye Earth Hour Indonesia.

“Terjadi perubahan gaya hidup hemat energi di Jabotabek, Bandung, Bali & Surabaya dan memicu perubahan yang sama di kota-kota besar lain, termasuk dalam penggunaan lampu hemat energi. Dan Indonesia mengembangkan inisiatif bangunan hemat energi dan ramah lingkungan,” dalam situs www.earthhour.wwf.or.id (dk)

 

Top