Di Balik Pulihnya Jakarta, Ada Pasukan Oranye Menahan Perih Gas Air Mata

Reading time: 3 menit
Pasukan oranye menahan perih akibat gas air mata saat membersihkan berbagai lokasi pasca-demonstrasi. Foto: DLH DKI
Pasukan oranye menahan perih akibat gas air mata saat membersihkan berbagai lokasi pasca-demonstrasi. Foto: DLH DKI

Jakarta (Greeners) – Selepas unjuk rasa besar di ibu kota akhir Agustus lalu, Jakarta menyisakan pemandangan penuh sampah. Jalanan porak-poranda, penuh plastik, batu, pecahan kaca, ban bekas yang terbakar, hingga bungkus gas air mata. Bau asap pun masih menyengat.

Di balik unjuk rasa itu, ada sosok-sosok yang bekerja dalam senyap. Mereka adalah para petugas kebersihan yang sigap turun ke jalan. Mereka berupaya mengembalikan wajah Jakarta agar kembali nyaman untuk warganya.

Salah satunya Ahmad Sanusi (28), anggota Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) Unit Penanganan Sampah Badan Air (UPSBA) Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Sejak Jumat malam (29/8), pasca-aksi buruh, ia sudah bersiap menyapu dan mengangkut sampah dari kawasan Istana Negara hingga Kwitang. Pekerjaan itu berlangsung hingga Minggu, bahkan sempat berlanjut ke Senin pagi.

Ahmad menyusuri jalan-jalan di Jakarta Pusat, membersihkan sampah hingga puing fasilitas umum yang terbakar. Namun, baginya hari paling berat terjadi pada Minggu. Volume sampah membludak setelah massa membakar ban di beberapa titik. Di Jakarta Pusat saja, sampah yang terangkut mencapai 11 ton.

“Kalau malam, biasanya kami standby dulu karena pertimbangan keamanan,” ujar Ahmad kepada Greeners.

Berbeda dengan bersih-bersih di hari biasa, kali ini Ahmad harus melawan rasa perih di mata, tenggorokan kering, hingga mual akibat sisa asap. “Pas lagi nyapuin, berasa banget asapnya. Mata langsung perih. Bebersih di tengah demo itu beda banget,” katanya.

Ahmad bersama rekan-rekannya juga mengoleskan pasta gigi di bawah mata untuk meredakan perih. Cara sederhana ini sama seperti yang para demonstran lakukan saat terpapar gas air mata.

Selain itu, Ahmad menuturkan, unjuk rasa kali ini menghasilkan sampah jauh lebih banyak dibanding unjuk rasa pada 2020. Titik bakaran lebih banyak, jumlah massa pun lebih besar.

Pasukan oranye menahan perih akibat gas air mata saat membersihkan berbagai lokasi pasca-demonstrasi. Foto: DLH DKI

Pasukan oranye menahan perih akibat gas air mata saat membersihkan berbagai lokasi pasca-demonstrasi. Foto: DLH DKI

Bungkus Gas Air Mata Berserakan

Sampah yang para petugas kebersihan temukan usai unjuk rasa kali ini pun berbeda. Ahmad bercerita, bukan lagi plastik yang mendominasi, melainkan batu-batuan, pecahan kaca, ban bekas pembakaran, hingga bungkus gas air mata yang jumlahnya cukup banyak.

Meski begitu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memastikan seluruh lokasi terdampak unjuk rasa pada Minggu (31/8) sudah berhasil petugas bersihkan. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto.

Dalam operasi pembersihan tersebut, DLH juga telah mengerahkan 1.325 personel, jumlah yang lebih banyak dari rencana awal 1.150 petugas. DLH menyediakan 51 unit penyapu jalan (road sweeper), 70 truk sampah, dan 49 mobil lintas pengangkut sampah.

“Alhamdulillah, seluruh lokasi sudah kami bersihkan secara tuntas. Meski demikian, petugas kami masih tetap siaga untuk mengantisipasi adanya sampah susulan,” ujar Asep.

Pembersihan ini berlangsung secara menyeluruh di lima wilayah administrasi Jakarta. Fokus pembersihan adalah lokasi dan jalan protokol yang menjadi pusat unjuk rasa.

Petugas Kebersihan Pahlawan Pulihnya Jakarta

Pada setiap titik unjuk rasa, tim kebersihan menghadapi kondisi yang berbeda-beda. Di kawasan Gedung DPR/MPR, misalnya, volume sampah yang terkumpul mencapai 15,41 ton. Angka ini menjadi tertinggi dari semua lokasi.

Di sepanjang Jalan KKO Usman dan Terminal Senen, mereka kembali berjibaku mengangkut 11 ton sampah. Sementara, di kawasan vital seperti Istana Merdeka, Monumen Nasional (Monas), Balai Kota, hingga jalan-jalan sekitar Medan Merdeka, tercatat 8,8 ton sampah berhasil petugas bersihkan.

Pekerjaan tak berhenti di sana. Petugas juga menyisir Lapangan Banteng dan Masjid Istiqlal, mengangkut 4,4 ton sampah. Sebagai bagian dari operasi menyeluruh, patroli pembersihan berlangsung di seluruh jalan protokol Jakarta Pusat. Dari berbagai titik itu, tim kembali membawa pulang tambahan 11 ton sampah.

Wajah Jakarta yang sempat porak-poranda kini kembali bersih dan cerah. Semua itu berkat para pahlawan kebersihan yang selalu sigap bekerja. Dari tangan dan semangat mereka, kota ini kembali aman, nyaman, dan layak ditinggali. Tanpa mereka, Jakarta tak akan pulih seperti semula.

Ahmad, salah satu anggota pasukan oranye, berharap unjuk rasa di masa depan bisa berlangsung damai tanpa merusak fasilitas umum. Ia juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga Jakarta agar tetap bersih dan tertib.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top