Jakarta (Greeners) – Green Career Gate (GCG), sebuah inisiatif berbasis pemuda yang bergerak di bidang sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat terkait karier hijau, mengadakan kegiatan bertajuk “Green Career Gate Roadshow: The Finale”, Sabtu (27/9). Kegiatan ini telah memberikan ruang kepada anak-anak muda tentang potensi green jobs (pekerjaan hijau) di Indonesia.
Board of Advisor Green Career Gate and Advocacy Manager The Climate Reality Project Indonesia, Ari Adipratomo menekankan pentingnya peran pemuda dalam pembangunan berkelanjutan dan transisi hijau. Sebab, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia adalah generasi muda.
“Green jobs tidak hanya untuk bidang lingkungan atau biologi, melainkan juga mencakup berbagai sektor, seperti keuangan, pertanian regeneratif, teknologi, dan investasi hijau. Tantangannya adalah rendahnya partisipasi pemuda dalam kebijakan dan kurangnya pemahaman tentang green jobs,” ujar Ari.
Berbagai komunitas iklim dan lingkungan menghadiri kegiatan ini. Di antaranya Enter Nusantara dan The Climate Reality Project Indonesia. Selain itu, sejumlah usaha ramah lingkungan seperti Avocain dan Kawan Upcycle juga membuka stan untuk memamerkan produk kreatif hasil olahan bahan berkelanjutan.
Ketua Umum GCG, Derifa Rizativa Mariska, menjelaskan bahwa inisiatif ini berawal dari pengalamannya menyaksikan gagal panen dan perubahan suhu ekstrem di Lampung. Berangkat dari keresahan tersebut, GCG resmi berdiri pada Desember 2024. Sampai saat ini, GCG telah menghimpun lebih dari 500 partisipan, 30 mitra kolaborasi, serta 1.000 pengikut di media sosial.
Sebagai hasil dari kegiatan ini, GCG juga menerbitkan rekomendasi kebijakan (policy brief) untuk para pemangku kepentingan. Hal itu untuk menanggapi tantangan dan peluang di sektor green jobs di Indonesia.
Siapkan Diri untuk Green Jobs
Sementara itu, menurut ESG (Environment, Social, Governance) Spesialist PT Pegadaian Reggy Nouvan, perusahaan kini juga telah menyesuaikan dengan standar ESG. Sehingga, banyak perusahaan yang wajib memiliki tenaga ahli bersertifikasi keberlanjutan.
“Kebutuhan tenaga kerja hijau akan meningkat pesat, sehingga anak muda perlu menyiapkan diri dengan kompetensi dan sertifikasi terkait,” kata Reggy.
Salah satu pemuda yang juga bekerja dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan, Dina Ferdinasari, menceritakan proses saat membangun bisnis sosialnya. Melalui merek Avocain, ia berinovasi menciptakan kain dan produk ramah lingkungan berbahan limbah pertanian seperti serat nanas dan pisang.
Menurutnya, Avocain lahir dari keinginan memberi dampak baik langsung ke masyarakat lokal, bukan hanya bekerja di level korporasi besar. Ia menekankan pentingnya impact, komitmen, dan reason to act dalam membangun karier hijau. Menurutnya, bekerja di bidang keberlanjutan memberi rasa bermakna yang lebih besar dibanding sekadar status atau gaji.
Dengan melihat potensi green jobs di Indonesia, ada masa depan karier yang besar di negeri ini. Namun, sinergi antara pemerintah, korporasi, komunitas, dan pemuda juga sangat penting untuk memperkuat ekosistemnya. Green jobs juga bukan hanya pekerjaan biasa, tetapi juga ada nilai dan dampak baik yang dibawa untuk keberlanjutan generasi berikutnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































