Lahan Bekas Tambang Gunung Gede Sumberejo Malang Diubah Jadi Agroforestry

Reading time: 2 menit
Lahan bekas tambang Gunung Gede Sumberejo Malang akan berubah jadi agroforestry. Foto: BRIN
Lahan bekas tambang Gunung Gede Sumberejo Malang akan berubah jadi agroforestry. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Lahan bekas tambang di Gunung Gede, Desa Sumberejo, Kabupaten Malang akan diubah menjadi lahan produktif berbasis agroforestry. Inisiatif ini merupakan kerja sama tim peneliti Pusat Riset Ekologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang.

Keduanya telah melakukan penandatangan Kerangka Acuan Kerja (KAK) program pemulihan lahan bekas tambang yang berlangsung di Kantor DLH Kabupaten Malang, Rabu (8/10). Hal ini menjadi tonggak awal kolaborasi riset dan inovasi untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan karst yang kritis.

Kegiatan ini juga sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepakatan Bersama antara BRIN dan Pemkab Malang. Khususnya, dalam bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, serta inovasi di wilayah Malang Raya.

Periset Pusat Riset Ekologi BRIN, Sugeng Budiharta menjelaskan bahwa 32 persen wilayah selatan Kabupaten Malang tergolong lahan kritis. Terutama, di kawasan karst akibat penambangan batu kapur rakyat.

“Kondisi ini melahirkan lahan akses terbuka (LAT) yang tidak produktif dan mengancam keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan masyarakat,” ujar Sugeng mengutip laman Berita BRIN, Jumat (10/10).

Rehabilitasi Gunung Gede Sejak 2024

Sementara itu, Periset Pusat Riset Ekologi Titut Yulistyarini juga menjelaskan bahwa kegiatan rehabilitasi di Gunung Gede ini telah berlangsung sejak 2024 di area seluas 2,5 hektare. Tim DLH dan Kelompok Masyarakat Desa Sumberejo menanam lima jenis bibit buah-buahan. Di antaranya kelengkeng, nangka dak, jambu air, mangga, dan kelapa genjah. Tingkat kelangsungan hidup dari lima jenis bibit buah tersebut mencapai lebih dari 80 persen.

“Hasil  total penutupan tajuk tanaman mencapai 1.341 meter persegi atau sekitar 5,5 persen dari total area. Kemudian disertai peningkatan biodiversitas mencapai 54 spesies dari 26 famili,” jelas Titut.

Selain menilai pertumbuhan tanaman, tim juga melakukan analisis karakter ekofisiologi. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan adaptasi jenis yang ditanam terhadap kondisi lahan karst yang  kering dan  miskin hara. Struktur vegetasi yang terbentuk juga mulai menunjukkan stratifikasi alami, dengan semak dan anakan pohon lokal yang tumbuh kembali di sekitar area rehabilitasi.

“Temuan ini menunjukkan bahwa upaya rehabilitasi mulai berhasil membangun ekosistem baru yang lebih stabil dan berpotensi meningkatkan cadangan karbon,” tambahnya.

Berdasarkan pengamatan anatomi daun, periset Pusat Riset Sistem Biota BRIN, Fauziah, mengungkapkan hasil adaptasi beberapa jenis tanaman. Mangga, kelengkeng, nangka, dan jambu mete memiliki jaringan palisade serta kutikula tebal yang menunjukkan kemampuan beradaptasi tinggi terhadap kondisi kering.

Ia menyarankan memperkaya jenis tumbuhan di kawasan rehabilitasi dengan menanam tanaman cepat tumbuh berdaun tipis dan mudah terurai. Tanaman tersebut dapat menambah sumber hara ke dalam tanah sehingga mempercepat proses pemulihan ekosistem di kawasan tersebut. Jenis-jenis tersebut di antaranya pohon Salam (Syzygium polyanthum) dan Gamal (Gliricidia sepium),

Hasilkan Model Ekosistem Berkelanjutan

Plt. Kepala DLH Kabupaten Malang, Ahmad Dzulfikar Nurrahman berharap kolaborasi ini dapat menghasilkan model ekosistem berkelanjutan. Ia juga menekankan pentingnya agar hasil kolaborasi tersebut memberi manfaat langsung bagi masyarakat.

Selain itu, ini juga menegaskan pentingnya riset lanjutan untuk menilai dampak rehabilitasi terhadap kualitas tanah dan air. Menurutnya juga perlu penyusunan database lahan bekas tambang sebagai dasar perencanaan.

“Kami berharap lokasi rehabilitasi ini nantinya menjadi contoh kawasan yang tidak hanya pulih secara ekologis, tetapi juga memberikan dampak ekonomi melalui pengembangan wisata dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top