Langit Merah Dianggap “Matahari Jatuh” di Aceh Viral, Ini Faktanya

Reading time: 2 menit
Langit merah. Foto: Freepik
Langit merah. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Viral sebuah video pendek yang menampilkan fenomena langit merah di siang hari yang terjadi di Aceh beberapa waktu lalu. Dalam narasi yang beredar, fenomena tersebut bahkan dikaitkan dengan istilah ‘matahari jatuh’.

Guru Besar Fisika Teori IPB University, Husin Alatas, memberikan penjelasan ilmiah terkait fenomena itu. Menurutnya, langit pada kondisi normal biasanya tampak biru karena adanya hamburan cahaya oleh molekul udara di atmosfer.

“Cahaya putih matahari terdiri atas berbagai panjang gelombang. Ketika cahaya mengenai molekul udara yang ukurannya sangat kecil daripada panjang gelombangnya, terjadi hamburan Rayleigh. Dalam proses ini, cahaya biru dengan panjang gelombang kecil lebih banyak terhambur dibanding warna merah,” kata Husin melansir Berita IPB, Jumat (5/9).

Hal ini menyebabkan langit terlihat biru pada siang hari. Namun, ketika matahari terbit atau tenggelam, langit cenderung tampak merah-jingga. “Posisi matahari yang berada di bawah ufuk membuat cahaya merah dan jingga, yang tidak banyak terhambur, lebih dominan terlihat oleh pengamat,” tambahnya.

Selain hamburan Rayleigh, ada juga hamburan Mie yang terjadi ketika partikel penghalang cahaya berukuran lebih besar, misalnya aerosol atau droplet air. “Hamburan Mie menyebabkan cahaya terhambur merata untuk semua panjang gelombang. Inilah alasan awan terlihat putih, meskipun langit berwarna biru,” ujarnya.

Atmosfer Mengandung Konsentrasi Tinggi Aerosol

Dalam kasus video viral tersebut, jika benar rekaman berlangsung pada siang hari, Husin menilai kemungkinan besar atmosfer saat itu mengandung konsentrasi tinggi aerosol atau debu halus. Hal ini bisa terjadi akibat polusi, asap kebakaran, maupun debu vulkanik.

“Partikel-partikel ini dapat menyerap cahaya biru dan ungu serta lebih banyak memantulkan cahaya merah dan jingga. Kombinasi penyerapan selektif dan hamburan Mie membuat langit tampak merah meskipun matahari masih tinggi,” terang Husin.

Terkait narasi ‘matahari jatuh’ yang menyebar di masyarakat, Husin menegaskan bahwa klaim tersebut tidak benar secara ilmiah. “Matahari adalah bintang dengan volume 1,3 juta kali bumi dan radius 110 kali radius bumi. Jaraknya sekitar 150 juta kilometer dari bumi. Jadi, mustahil matahari jatuh ke bumi,” tegasnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top