Green Ramadan, Solusi Asyik Tanpa Sampah Plastik

Reading time: 2 menit
Green Ramadan akan lebih asyik dengan mulai mengurangi sampah plastik. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong momentum Ramadan tahun 2022 sebagai upaya untuk mengurangi, memilah dan mengolah sampah. Perubahan pola konsumsi meningkatkan volume sampah dari waktu ke waktu. Salah satunya sampah plastik.

Direktur Pengurangan Sampah KLHK Sinta Saptarina menyatakan, perubahan pola konsumsi di bulan Ramadan dipicu oleh pola konsumsi praktis yaitu penyediaan makanan cepat saji. “Hal ini juga terlihat saat bulan Ramadan. Di mana masyakarat banyak membeli berbagai produk yang didorong dengan rasa keinginan, bukan kebutuhan,” katanya kepada Greeners, di Jakarta, Sabtu (9/4).

Imbasnya, terjadi kenaikan volume dan jenis sampah dalam jumlah besar. Adapun untuk jenis sampah dengan volume terbesar yaitu sampah plastik. Sampah jenis ini merupakan pembungkus yang paling praktis dan mudah masyarakat dapat, mulai dari kantong plastik hingga botol plastik kemasan.

Oleh sebab itu lanjut Sinta, KLHK terus mengajak masyarakat untuk mengelola sampahnya dengan cara menggunakannya ulang. Selain itu juga mendaur ulang dan bijak menggunakan bahan yang mudah terurai oleh proses alam.

“Salah satu contoh sederhana pembatasan timbulan sampah adalah penyajian kue tidak dengan bungkusan plastik tapi menggunakan daun pisang,” imbuhnya.

Sebagai bulan suci umat muslim, sambung dia seharusnya tak sekadar menahan haus dan dahaga, tapi perlu berlatih menahan untuk tidak menghasilkan sampah. Akan tetapi, jika sampah tidak dapat masyarakat hindari, segeralah pilah sesuai dengan jenisnya untuk diteruskan kepada para offtaker. Misalnya sampah organik yang membutuhkan pengelolaan khusus, berbeda halnya dengan sampah plastik.

Peningkatan Sampah Plastik karena Budaya Konsumtif

Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi menyebut, penggunaan plastik sekali pakai selama bulan Ramadan karena peningkatan budaya konsumtif masyarakat.

“Penggunaan plastik sekali pakai yang berlebihan terutama saat berbuka puasa, dapat memperburuk krisis sampah plastik,” katanya.

Menurut rilis Greenpeace, DLH DKI Jakarta tahun 2019, mencatat jumlah sampah plastik selama Ramadan rata-rata meningkat 4 % setiap tahunnya. Besarnya volume sampah plastik menjadi beban bagi lingkungan mengingat tingkat daur ulang yang sangat rendah yakni hanya 9 % secara global.

Sampah plastik berpotensi terus meningkat. Berdasarkan tren historis, timbunan sampah plastik kumulatif global perkiraannya akan mencapai lebih dari 25.000 juta metrik ton pada tahun 2050.

Beberapa langkah yang dapat masyarakat lakukan untuk mengupayakan agar Ramadan minim sampah, yaitu menyusun rencana menu makan. Kemudian bisa pula mengecek persediaan makanan. Lalu membuat daftar belanja untuk memastikan kebutuhan atau persediaan yang telah habis dan memastikan belanja tanpa kemasan (menggunakan tote bag sendiri).

Selanjutnya, yaitu menerapkan food preparation. Caranya dengan memisahkan bahan mentah makanan agar makanan tidak cepat busuk dan berakhir begitu saja di tong sampah. Masyarakat juga bisa masak secukupnya, serta memastikan makanan habis tanpa sisa.

Sampah Sisa Makanan Juga Mendominasi TPST Bantargebang

Tak hanya sampah plastik, sampah sisa makanan juga mendominasi selama bulan Ramadan. Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta tahun 2019, besaran volume sampah meningkat selama Ramadan.

Ini terlihat dari data tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang yang menyebut, sampah sisa makanan mendominasi dengan jumlah mencapai 39 % dari total 7.864 ton sampah yang masuk tiap hari saat Ramadan.

Adapun sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat juga mengalami peningkatan, yakni bertambah 700 kuintal dari produksi harian sampah DKI yang rata-rata 6.000 ton.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top