Permasalahan plastik di Indonesia terus menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu sumber timbulan plastik berasal dari sektor pertanian, yang sering menggunakan mulsa plastik. Menyikapi hal ini, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan inovasi bernama SABI, sebuah mulsa ramah lingkungan yang terbuat dari eceng gondok dan limbah cangkang telur.
Mulsa berfungsi sebagai penutup bedengan tanah agar dapat menghambat pertumbuhan gulma, melindungi tanah dari erosi, dan menjaga struktur tanah. Namun, mulsa plastik konvensional menghasilkan banyak limbah dan mengganggu lingkungan lahan pertanian.
Ketua tim Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) SABI, Salfa Alifia Putri menjelaskan bahwa inovasi ini terbuat dari bahan yang melimpah di sekitar lahan, yaitu eceng gondok dan cangkang telur. Dengan memanfaatkan bahan organik yang melimpah, biaya produksi pun dapat ditekan. Sehingga petani maupun masyarakat dapat merasakan manfaat ganda dari aspek lingkungan dan ekonomi.
“Produk ini kami hadirkan sebagai pilihan bagi petani maupun masyarakat yang ingin beralih ke metode yang lebih ramah lingkungan,” ucap Salfa mengutip Berita UGM, Jumat (7/11).
Proses pembuatan mulsa organik ini membutuhkan waktu tiga sampai empat jam di Laboratorium Pakan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, UGM. Dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 50–60 buah mulsa. Produk ini berbentuk lingkaran dengan diameter 30 centimeter (cm), menyesuaikan ukuran pot tanaman sedang.
Mulsa organik juga memiliki banyak manfaat. Di antaranya mampu mempertahankan kelembapan tanah lebih lama, mengurangi erosi, serta menekan pertumbuhan gulma. Selain itu, pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat serta produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa mulsa. Bahkan, mulsa organik memiliki sifat yang biodegradable atau dapat terurai secara alami. Sehingga, dapat menyumbangkan unsur hara bagi tanah saat proses dekomposisi sekaligus menjadi pupuk organik bagi tanaman.
“Pupuk ini menjadi pilihan alternatif yang ramah lingkungan, dengan tujuan mendukung petani yang ingin mengurangi penggunaan mulsa plastik konvensional,” tambahnya.
Perluas Mulsa Organik
Ke depannya, tim PKM-K SABI berencana memperluas uji coba mulsa organik pada berbagai jenis lahan dan tanaman, serta menjalin kerja sama dengan mitra petani untuk produksi skala besar. “Harapannya, SABI dapat menjadi inovasi pertanian hijau, sehat, dan bebas sampah plastik di Indonesia,” ujarnya.
SABI telah dipasarkan melalui berbagai kegiatan, seperti EXPO Dies Natalis Fakultas Pertanian, EXPO Pionir Pascasarjana. Kini, SABI juga dijual melalui e-commerce dan sistem pre-order (PO) melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook.
Selain Salfa, anggota tim pencetus inovasi ini juga terdiri dari Erelyne Erlina dari Fakultas Pertanian, Fanisa Esa Alfira dari Fakultas Biologi, Aimmatul Husna dari Fakultas Pertanian, dan Jane Angguningtyas Deanani dari Sekolah Vokasi. Kelima mahasiswa mendapat bimbingan dari dosen Departemen Tanah Fakultas Pertanian, Nasih Widya Yuwono dalam proses pembuatan Mulsa Organik tersebut.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































