Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Pendeteksi Banjir di Sulawesi Tengah

Reading time: 2 menit
Mahasiswa UGM menciptakan alat pendeteksi banjir di Sulawesi Tengah. Foto: Berita UGM
Mahasiswa UGM menciptakan alat pendeteksi banjir di Sulawesi Tengah. Foto: Berita UGM

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dari tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Saba Mortara 2025 berhasil menciptakan alat pendeteksi banjir bernama “Bungintimbe WaterSafe”. Alat ini telah terpasang di Desa Bungintimbe, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, untuk membantu mengantisipasi banjir yang sering melanda wilayah tersebut.

Pembuat alat pendeteksi banjir ini adalah Muhammad Nadhir Al Ghifari, seorang mahasiswa Teknik Fisika UGM. Tak sendirian, dalam proses pembuatannya ia bantuan rekannya serta dukungan dari perangkat desa setempat yang membantu proses pemasangan alat.

Nadhir menjelaskan tujuan utama dari pembuatan alat pendeteksi banjir tersebut adalah untuk melindungi masyarakat yang sering kali terdampak banjir.

“Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan, banyak warga khususnya di dusun 3 Desa Bungintimbe yang terdampak paling parah atas banjir tahunan yang terjadi Sungai La,” ungkap Nadhir dikutip dari Berita UGM, Selasa (12/8).

Sementara itu, Pelaksana Harian (PLH) Pemerintah Desa Bungintimbe, Amborape, menyambut baik adanya inovasi berbasis teknologi oleh mahasiswa UGM tersebut. Ia juga menegaskan bahwa banjir di Desa Bungintimbe merupakan bencana rutin yang cukup merugikan masyarakat.

“Banjir di Desa Bungintimbe itu bisa terjadi satu sampai dua kali dalam setahun. Ada yang setahun sekali, dua tahun sekali. Bahkan, ada yang lima tahunan sekali,” katanya.

Lengkapi Pendeteksi Banjir dengan Sensor Canggih

Nadhir menjelaskan alat pendeteksi banjir ini telah menggunakan teknologi sensor canggih yang mampu mendeteksi ketinggian air secara berkala setiap lima menit sekali. Gelombang ultrasonik akan dipantulkan ke arah sensor untuk mengukur ketinggian air.

Selanjutnya, data hasil sensor akan dikirimkan melalui database yang terhubung dengan dashboard berbentuk website yang dapat di diakses oleh masyarakat.

Selain itu, alat pendeteksi banjir ini akan mengeluarkan kode “waspada” ketika ketinggian air sungai sudah mencapai 180 centimeter (cm). Sehingga, alat ini dapat langsung menjadi rujukan warga dalam menghadapi banjir.

“Sistem ini memungkinkan pemantauan kondisi air Sungai La secara real-time, tanpa harus menugaskan petugas khusus untuk melakukan pengecekan manual setiap saat,” tambah Nadhir.

Dengan kehadiran Bungintimbe WaterSafe ini ia berharap alat ini dapat menjadi sistem peringatan dini yang efektif bagi masyarakat Desa Bungintimbe. Dengan adanya pemantauan otomatis setiap jam, warga juga dapat memperoleh informasi terkini mengenai kondisi ketinggian air Sungai La. Sehingga, dapat mengantisipasi potensi banjir lebih awal.

Oleh karena itu, inovasi digital tersebut juga bisa menjadi rujukan pemerintah desa. Terutama dalam menciptakan desa tangguh bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, ketika menghadapi bencana alam. Khususnya banjir yang sering terjadi di daerah aliran sungai.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top